"Maksudmu?"
"Kamu tahu, kebanyakan sinetron itu berakhir sama." Kamu menatapku tajam. "Aku ingin happy ending."
***
Lima bulan. Bagi sebagian orang mungkin itu waktu yang sangat pendek untuk ukuran sebuah, katakanlah, pacaran. Tapi untukku sudah cukup. Itu sebabnya pagi ini aku mengajakmu ke sebuah tempat, sebuah restoran yang tak terlalu besar. Tapi penataan ruangannya begitu menarik. Restoran ini cukup banyak direkomendasikan di media sosial.
Masih sepi. Tentu saja, ini bukannya jam makan. Jam 10 pagi. Kulihat kamu tak terlalu antusias. Kau pun tak begitu memperhatikan hiasan-hiasan di dinding.
Kita duduk berhadap-hadapan. Kamu tak berselera untuk memesan makanan. Akhirnya kita hanya memesan minuman.Â
Kubaca kegelisahanmu. "Ada apa sebenarnya, nggak biasanya kamu mengajakku sepagi ini?" Akhirnya kamu tak tahan untuk tak bersuara.
Aku diam. Malah sibuk mengetikkan sesuatu di HP. Kamu jengkel, hingga tak memperhatikan ada beberapa tamu datang. Duduk dekat kita.
"Sudah! Kita sudahi semuanya!" Kamu meledak.
Baru aku menatapmu. "Oke." Aku mengangguk.
"Kamu setuju?" Itu bukan pertanyaan tapi ungkapan kekecewaan.