Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Agnes dalam Tiga Bingkai Cerita

26 Desember 2023   19:05 Diperbarui: 26 Desember 2023   19:13 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Slavica/ istockphoto

Bingkai 1.

Ini bukan kebiasaanku untuk mencampuri urusan yang remeh-temeh seperti ini. Jangan tersinggung kalau kukatakan ada seorang perempuan di jalanan diganggu sekelompok lelaki itu merupakan hal yang biasa saja. 

Ini kota besar. Segala hal bisa terjadi. Dari keributan sesama pengguna kendaraan di jalanan, pelecehan seksual, hingga tindakan kriminal yang paling brutal. Dan orang-orang tak peduli.

Juga terhadap perempuan muda di hadapanku kini. Ia berteriak-teriak ketakutan, mempertahankan tasnya yang ditarik dua orang lelaki. Takada satu orang pun yang tergerak untuk menolongnya. Lagi pula jelang jam 1.00 dini hari. Sepi.                                             

Entah kenapa tiba-tiba timbul begitu saja rasa kasihan melihat ada seorang gadis tak berdaya diganggu. Cepat aku turun dari mobil, menghampiri dua orang lelaki itu. Sebelum mereka bereaksi tinjuku sudah mendarat di hidung salah seorang dari mereka. Terjengkang. Sedang temannya langsung terdiam, gemetar. Sebuah benda dingin menempel di keningnya. Lalu mereka pun kabur.

Aku menghampiri gadis itu. Kutaksir usianya dua puluh atau paling tinggi dua puluh lima. Aku mengulurkan tangan, membantunya berdiri.

Masih dengan gemetar ia menyambut tanganku. Tapak tangannya begitu kasar. Terutama jari telunjuk bagian dalam kurasakan lebih tebal.

"Di mana rumahmu? Biar saya antar," kataku menawarkan bantuan.

Baca juga: Peluk Ibu

"Tid, tidak. Terima kasih." Ia masih ketakutan.

Ah, tentu saja. Akhirnya ia mau ketika kupesan sebuah taksi online. Sebelum membuka pintu sekali lagi ia menyalamiku, mengucapkan terima kasih berkali-kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun