Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maaf, Sampeyan Dilarang Mimpi

24 Agustus 2019   23:22 Diperbarui: 24 Agustus 2019   23:33 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surakyat bingung. 

"Apa mau jadi teroris?"

Makin bingung. 

"Ini buktinya," orang itu menyodorkan robekan sebuah koran. 

Surakyat makin tak mengerti. Potong koran ada menampilkan kepala berita, "Seorang Teroris Ditangkap!" 

"Ini kami temukan di dinding rumah sampeyan. Ayo ngaku, sampeyan kan terinspirasi mau jadi teroris? Kalau nggak, kenapa ditempel di dinding?"

"Itu..., itu untuk menutupi dinding rumah saya yang bolong-bolong, Pak."

"Jangan cari alasan macam-macam. Coba sekarang bilang, sampeyan masuk jaringan mana?"

"Saya, Pak. Sumpah Pak, saya nggak punya jaring. Tukijan yang punya, seminggu lalu sudah saya pulangkan."

Orang-orang itu pun hilang sabar. 

Entah siapa yang memulai, Surakyat dipukuli. Satu, dua, kemudian beramai-ramai. Surakyat melolong-lolong kesakitan, meminta-minta ampun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun