Surakyat bingung.Â
"Apa mau jadi teroris?"
Makin bingung.Â
"Ini buktinya," orang itu menyodorkan robekan sebuah koran.Â
Surakyat makin tak mengerti. Potong koran ada menampilkan kepala berita, "Seorang Teroris Ditangkap!"Â
"Ini kami temukan di dinding rumah sampeyan. Ayo ngaku, sampeyan kan terinspirasi mau jadi teroris? Kalau nggak, kenapa ditempel di dinding?"
"Itu..., itu untuk menutupi dinding rumah saya yang bolong-bolong, Pak."
"Jangan cari alasan macam-macam. Coba sekarang bilang, sampeyan masuk jaringan mana?"
"Saya, Pak. Sumpah Pak, saya nggak punya jaring. Tukijan yang punya, seminggu lalu sudah saya pulangkan."
Orang-orang itu pun hilang sabar.Â
Entah siapa yang memulai, Surakyat dipukuli. Satu, dua, kemudian beramai-ramai. Surakyat melolong-lolong kesakitan, meminta-minta ampun.Â