Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maaf, Sampeyan Dilarang Mimpi

24 Agustus 2019   23:22 Diperbarui: 24 Agustus 2019   23:33 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Mencabut cerita mimpi itu? Huh! 

Cuma ini yang bisa dibanggakan Surakyat, walau hanya sebuah mimpi. Dan ia disuruh tak mengakui mimpi itu. Aneh. Lebih aneh lagi Lurah Slamet. Tapi istri Surakyat malah cemas. 

"Sudahlah, Pakne, turuti saja omongan Lurah Slamet. Kayaknya dia nggak main-main. Aku takut."

"Mana bisa. Ini anugerah terbesar, sebuah wangsit, bahwa nasib kita akan berubah. Nasib kita akan berubah, Bukne!"

***                                                              

Dan yang dikhawatirkan istri Surakyat pun terjadi. Pada suatu malam Surakyat dijemput tiga orang berpakaian seragam. Orang-orang itu membawa kertas-kertas, barang-barang, ataupun yang kira-kira dapat dicurigai. Surakyat dibawa ke suatu tempat yang asing, selain itu, memang, mata Surakyat ditutup. Ketika penutup matanya dibuka, Surakyat mendapati dirinya sudah dalam ruangan, dikelilingi orang-orang berseragam dan berbadan tegap. 

Surakyat bingung, gugup, juga takut. 

"Jadi sampeyan mau berbuat makar?"

"Makar itu apa tho, Pak?" Surakyat tak mengerti, dan sebenarnya ia memang tak mengerti. 

"Pemberontak! Sampeyan mau jadi pemberontak, hah?!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun