Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maaf, Sampeyan Dilarang Mimpi

24 Agustus 2019   23:22 Diperbarui: 24 Agustus 2019   23:33 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Surakyat merasakan tubuhnya masih terasa sakit-sakit. Di beberapa bagian masih terlihat memar. 

"Ini gara-gara Lurah Slamet, gara-gara Lurah Slamet. Saya nggak terima. Kalau dia nggak nglapor ke Pak Camat, tentu kejadiannya nggak seperti ini."

"Sudahlah, Pakne," istri Surakyat menyabarkan. 

"Nggak bisa."

"Jadinya, maunya Pakne apa, toh?"

"Saya mau berdoa ke Gusti Allah, supaya saya bermimpi bertemu lagi dengan Presiden."

"Tobat, tobat...! Eling, eling Pakne. Sadar. Sadar kita ini siapa?" istri Surakyat cemas. 

"Bukan begitu, Bukne. Kita sekarang ini sedang teraniaya. Tuhan mengabulkan doa orang yang teraniaya."

Dan nyatanya malam itu Surakyat benar-benar bermimpi. Bukan bertemu Presiden, tapi dalam mimpinya Surakyatnya sendiri yang jadi Presiden. 

Hal pertama yang dilakukan Presiden Surakyat, adalah menelepon Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Dalam Negeri menelepon Gubernur, dan Gubernur menelepon Bupati, dan Bupati menelepon Camat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun