***
Surakyat merasakan tubuhnya masih terasa sakit-sakit. Di beberapa bagian masih terlihat memar.Â
"Ini gara-gara Lurah Slamet, gara-gara Lurah Slamet. Saya nggak terima. Kalau dia nggak nglapor ke Pak Camat, tentu kejadiannya nggak seperti ini."
"Sudahlah, Pakne," istri Surakyat menyabarkan.Â
"Nggak bisa."
"Jadinya, maunya Pakne apa, toh?"
"Saya mau berdoa ke Gusti Allah, supaya saya bermimpi bertemu lagi dengan Presiden."
"Tobat, tobat...! Eling, eling Pakne. Sadar. Sadar kita ini siapa?" istri Surakyat cemas.Â
"Bukan begitu, Bukne. Kita sekarang ini sedang teraniaya. Tuhan mengabulkan doa orang yang teraniaya."
Dan nyatanya malam itu Surakyat benar-benar bermimpi. Bukan bertemu Presiden, tapi dalam mimpinya Surakyatnya sendiri yang jadi Presiden.Â
Hal pertama yang dilakukan Presiden Surakyat, adalah menelepon Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Dalam Negeri menelepon Gubernur, dan Gubernur menelepon Bupati, dan Bupati menelepon Camat.Â