Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maaf, Sampeyan Dilarang Mimpi

24 Agustus 2019   23:22 Diperbarui: 24 Agustus 2019   23:33 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mikir, mikir! Masak buruh tani mimpi bertemu Presiden. Saya saja jadi camat sudah belasan tahun belum pernah mimpi bertemu Presiden. Kalau sampeyan mimpi digigit ular, kecebur kali, atau digertak rentenir, itu baru cocok. Ini..., sudah sana pulang. Jangan cerita yang aneh-aneh lagi. "

***

Tapi, tidak. 

Pemanggilan Surakyat oleh Pak Camat, justru cerita makin meluas. Orang-orang penasaran ingin tahu. Cerita mengalir ke kabupaten, kemudian menembus provinsi. 

Gubernur tak nyaman, ia memarahi Bupati. Bupati gusar, ia menunjuk-nunjuk Camat. Camat meradang, ia menggebrak meja di hadapan Lurah Slamet. Lurah Slamet pun bertolak pinggang seraya membaca daftar nama-nama binatang di hadapan Surakyat. 

"Menyebar! Cerita sudah menyebar, seluruh provinsi sudah tahu. Ini gara-gara sampeyan."

"Saya, Pak. Kalau Pak Lurah nggak nglapor ke Pak Camat, mungkin...!"

"Berani sampeyan membantah pejabat negara, hah?!"

Surakyat tak berani mengangkat mukanya. 

"Mulai sekarang jangan cerita-cerita lagi soal mimpi itu. Cabut cerita itu. Bilang ke seluruh penduduk desa, bahwa mimpi itu tidak ada, tidak pernah ada! Mengerti sampeyan?"

"Saya, Pak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun