Kesempatan buatku untuk membaca rencana perjalanan.
***
Hari setelah hari itu
"Ini kamar mandi hotel terbesar yang pernah kulihat," teriakku pada Rani. Suaraku bergema, memantul di dinding marmer putih. "Dan pegangan toiletnya stainless steel."
Rani menyusul masuk. "Ya ampun, ini lebih besar dari kamar tidur. Aneh."
Kami kembali ke kamar tidur dan melihat sekeliling. "Mana kursi meja?" aku bertanya.
Rani menunjuk ke sebuah kursi di sudut. Alih-alih mendorongnya ke bawah meja, untuk beberapa alasan room boy meletakkannya di seberang ruangan jauh dari meja.
"Aneh," katanya lagi. "Tunggu... apakah ini...?" Dia berjalan kembali ke kamar mandi. "Sialan, mereka memberi kita kamar untuk difabel! Mengapa mereka melakukan itu?"
Aku duduk di tempat tidur. "Mungkin kita harus minta kamar lain. Tidak bisa dibiarkan mereka memperlakukan kita seenaknya."
Aku mengangkat telepon di meja malam dan menelepon fornt desk, menjelaskan mengapa kami ingin kamar lain.
"Dia datang," kataku.