Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lift

9 Juni 2021   21:24 Diperbarui: 9 Juni 2021   21:39 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nena menghembuskan napas panjang dan menutup bagasi mobil.

"Kamu bisa mencintaiku, Dwika. Tapi jangan biarkan cinta menghancurkan hidupmu. Aku tidak bisa memberi tahumu apa yang menjadi rasaku."

Dwika menatapnya. Cantik bersinar bermandikan cahaya mentari.

"Kita memiliki kehidupan sendiri-sendiri yang harus kita jalani."

Dia melihat Nena masuk ke dalam mobil, bersiap-siap meninggalkannya sendirian dalam keterasingan. Di area tempat parkir.

Semua sama, tidak ada yang sama.

"Kapan kita akan bertemu lagi?" dia bertanya.

"Kau tahu kapan," jawab wanita itu. "Pulanglah, Dwika."

Dwika tidak ingat di mana rumahnya.

***

Hening di dalam lift. Keheningan yang membuatmu sulit bernapas, mengisi paru-parumu dengan maut. Mata cokelat Nena basah oleh waktu. Kulit kini cokelat cerah, berubah seperti daun di usia paruh baya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun