Nena menghembuskan napas panjang dan menutup bagasi mobil.
"Kamu bisa mencintaiku, Dwika. Tapi jangan biarkan cinta menghancurkan hidupmu. Aku tidak bisa memberi tahumu apa yang menjadi rasaku."
Dwika menatapnya. Cantik bersinar bermandikan cahaya mentari.
"Kita memiliki kehidupan sendiri-sendiri yang harus kita jalani."
Dia melihat Nena masuk ke dalam mobil, bersiap-siap meninggalkannya sendirian dalam keterasingan. Di area tempat parkir.
Semua sama, tidak ada yang sama.
"Kapan kita akan bertemu lagi?" dia bertanya.
"Kau tahu kapan," jawab wanita itu. "Pulanglah, Dwika."
Dwika tidak ingat di mana rumahnya.
***
Hening di dalam lift. Keheningan yang membuatmu sulit bernapas, mengisi paru-parumu dengan maut. Mata cokelat Nena basah oleh waktu. Kulit kini cokelat cerah, berubah seperti daun di usia paruh baya.