Mohon tunggu...
Avarina Sisy
Avarina Sisy Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Avarina Sisy adalah nama penanya, mulai aktif menulis sejak 2019 dan sempat hiatus di 2022. Kini mulai mencoba aktif menulis lagi. Bisa disapa melalui instagram: @avarina_sisy.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

2121 - Cerpen oleh Avarina Sisy

1 Juli 2024   08:00 Diperbarui: 1 Juli 2024   08:10 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yah, ya sudahlah. Aku juga tidak mau jika harus membantu bayar denda jika kamu telat mengembalikan buku itu," kata Trisia lagi menyayangkan, setelah itu dia pun pergi meninggalkan Yuna.

Yuna pun bergegas ke stasiun kereta air, beruntunglah uang tidak lagi berlaku untuk transportasi di bumi. Uang hanya berlaku di planet Mars sekarang, karena hampir setengah penduduk bumi sudah pindah ke Mars akibat air yang terus-terusan naik dan menenggelamkan dataran yang lebih rendah. Denda yang dimaksud Trisia pun bukanlah uang tapi makanan, tepatnya beberapa kilogram ikan.

Tidak ada lagi yang namanya tanaman, ataupun hewan darat yang tidak bisa berenang atau hidup di air. Bahkan hewan unggas seperti burung pun sudah tidak ada lagi, karena sumber makanannya yang sudah tidak ada. Yuna tahu beberapa jenis hewan lampau itu dari buku juga televisi.

Menaiki kereta air itu sama saja dengan mengelilingi satu pulau. Itulah alasan Yuna tidak akan bisa ikut Trisia ke rumah Akira jika harus pergi ke tengah kota. Tapi, setidaknya ketika menaiki kereta air ini ia tidak akan merasa terombang-ambing di air.

"Pemberhentian berikutnya stasiun H2 nomor 02."

Yuna pun turun sendirian dari kereta, karena memang ini tujuannya. Sedangkan beberapa orang di kereta air itu tidak turun. Setelah turun Yuna pun berjalan sedikit untuk sampai ke perpustakaan kota itu. Yuna pun mulai menaiki anak tangga menuju pintu masuk perpustakaan.

Anehnya, setiap Yuna mengambil langkah air yang menggenang di belakangnya seakan menyusulnya. Airnya terus bertambah tinggi seakan mengejar Yuna. Hingga akhirnya Yuna berada di anak tangga teratas dan pintu perpustakaan pun sudah ada di hadapannya.

Tiba-tiba terdengar alarm peringatan yang sangat keras, alarm yang biasanya dibunyikan ketika ada bencana alam atau air yang naik. Ketika Yuna menoleh ke belakang air sudah naik hingga air dan tangga teratas itu sama rata.

Ombak yang sebelumnya berada cukup jauh dari Yuna sekarang mulai tergulung semakin liar. Air benar-benar naik drastis, Yuna pun baru menyadari bahwa di sana benar-benar sepi. Tidak ada sampan, perahu layar, speedboat, papan selancar, ferry,atau sebut saja semua jenis perahu. Kosong.

Ke mana semua orang? 

Tring!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun