Yuna acuh, dia tetap berjalan lebih cepat agar segera sampai di sekolah. Hingga akhirnya benar saja, Yuna sampai sekolah terlebih dahulu dari pada Trisia. Sesampainya di sekolah dia langsung mengeringkan kakinya kemudian memakai kaus kaki juga sepatu.
Setelah seharian belajar, bel pulang pun akhirnya berbunyi. Yuna langsung membereskan semua buku-bukunya memasukkannya ke dalam tas. Sedangkan, Trisia yang letak lokernya di sebelah Yuna dengan santainya menyusun rapi buku-buku pelajarannya di dalam lokernya yang Trisia bawa hanya alat tulis dan buku tugas saja.
Sisanya pasti Trisia tinggalkan di dalam lokernya.
"Yuna ikut, kan?" tanya Trisia setelah menutup pintu lokernya.
"Ikut ke mana?" tanya Yuna bingung.
"Ya ampun, kamu lupa? Hari ini ulang tahunnya Akira!" ucap Trisia sedikit menaikan nada bicaranya.
"Oh, iya. Maaf lupa, orangnya aja enggak terlihat di sekolah."
Yuna memang benar-benar lupa ulang tahun sahabatnya yang satu itu. Bukannya tidak akrab atau sedang ada masalah. Hanya saja Yuna belakangan ini sering bermimpi tentang adik dan ayahnya, Yuna merindukan mereka. Sehingga dia sedikit lupa dengan hal-hal yang ada di sekitar.
"Gimana? Ikut, 'kan? Karena Akira sakit, kita ke rumahnya saja!" ucap Trisia semangat, kemudian dia menunjukkan hadiah yang sudah dia siapkan di tasnya.
"Tapi, aku udah janji langsung pulang sama Ibu. Lagian ada buku yang harus aku kembalikan ke perpustakaan," Yuna menjelaskan ada sedikit penyesalan di matanya.
Karena seharusnya dia bisa ikut. Namun, hari sudah sore jika Yuna harus ke perpustakaan yang letaknya di tengah kota. Kemudian, setelah itu datang ke rumah Akira bersama Trisia. Bisa-bisa Yuna sampai di rumah lewat jam sepuluh malam karena letak rumahnya dengan perpustakaan kota saja sudah jauh. Apalagi jika di tambah dengan jarak dari rumah Akira ke rumahnya. Ibarat dari ujung yang satu ke ujung yang lainnya kemudian ke ujung lain lagi, segitiga bentuk jaraknya.