‘Tergantung.”
“Kok tergantung.”
“Tergantung, jika kau mau menerimaku dengan sederhana, tahu sendiri kan, statusku masih belum jelas, kerja juga belum.”
“Ah kau mas. Terlalu bicara hari esok. Hari esok itu berjalan melambat mas, masih bisa kita pikir hari ini. Biarlah esok apa kata dunia. Hidup itu lebih asyik mengikuti arus saja mas. Lebih enak dan tidak berat.”
“Relatif, Nad.”
“Itu bukan jawaban yang kusuka, mas.”
“Lantas…”
“Jadi lelaki itu yang pasti, tak usah berbelit-belit mas. Kalau iya bilang saja iya, kalau tidak ya tidak, kenapa mas harus menunggu ini dan itu dulu?”
“Keadaan Nad.”
“Memangnya keadaannya kenapa?”
“Aku belum menjadi lelaki yang mapan, aku tak ada keberanian untuk melamarmu.”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!