Mohon tunggu...
Dongeng Pilihan

Putri Bah Tei # 4

4 Mei 2016   18:49 Diperbarui: 15 Juni 2016   17:17 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta tetaplah cinta,

Tak kan bisa dipungkiri,

Meski menunggu 1000 tahun lamanya.

“Ssssstttttt...kayaknya ada suara bergerak-gerak dibalik semak-semak itu.”

“Aku juga dengar.”

“Tenang tak usah bergerak. Daerah seperti ini memang sangat rawan dan berbahaya. Ada banyak hewan-hewan buas yang siap mengincar kita. Berhati-hatilah dan selalu waspada.”

Tak seberapa lama, semak-semak semakin bergerak-gerak dan semakin mendekat, mendekat, mendekat dan, seekor babi hutan berjalan setengah berlari sambil menjulur-julurkan hidungnya, hok-hok-hok, suaranya.

“Ah bikin kaget saja kau, cepat pergi sana. Sebelum kucing hutan memangsamu, babi hutan.”

Dan baru saja mereka akan melangkah lagi, tiba-tiba dari arah yang berlawanan dengan arah babi hutan keluarlah bayangan hitam dan bercadar menyerang Joko, gerakannya secepat kilat dan lincah, Joko terhuyung-huyung kelabakan. Dengan kuda-kuda yang sedikit terlambat tendangan kaki kanan mengenai perut Joko, tubuhnya terpental tiga meter ke belakang, dan terjatuh.

“Siapa kau? Kenapa tiba-tiba kau menyerangku?” Bicara Joko sambil memegangi perutnya yang masih bisa diatasi. Tak ada balasan secepat kilat ia menyerang lagi Joko yang sudah mempersiapkan tubuhnya. Keduanya pun bertempur dengan gesit dan lincah, gerakan Joko selalu terbaca oleh musuhnya sedangkan musuhnya hanya bertahan dengan gesit dan lincah. Bah Tei semakin was-was melihat Joko yang semakin terjepit. Gerakan tubuh manusia bercadar semakin diatas angin, lalu keluarlah dari mulutnya, “keluarkan jurusmu anak muda, jurus Cermin Tatakan Diri,” sontak kagetlah Joko Kelono yang hampir jurus-jurus andalannya dapat dibaca. 

“Siapa kisanak ini?” tanya Joko penasaran. “Tak penting siapa aku, hai murid Ki Batoto.” Jawabnya . “Baiklah, terimalah ini, ajian Cermin Tatakan Diri.” Sontak tubuh Joko meloncat tingi-tinggi ke udara dan siap mengarahkan ajiannya yang terkenal itu pada musushnya. “Tunggu! Hentikan!” teriak manusia bercadar yang kemudian membuka cadarnya secara perlahan-lahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun