Jadi kesimpulanya aku juga membenci perempuan itu.
Bagaimana bisa ada seorang perempuan terang-terangan menggoda laki-laki lain di depan pacarnya sendiri? Aku pun tak habis pikir ketika Edo pergi ke kamar mandi, dengan sengaja Jessica mengedip genit padaku sebelum mengikuti pacarnya lagi.
Aku masih dengar Edo mengatakan sesuatu pada Jessica diselingi tawa meremehkannya. "Jangan goda Ari kayak gitu lagi lah, kasian dia jadi gugup gitu."
"Hm, 'kan cuma bercanda. Lagian hatiku cuma buat kamu kok," balas Jessica genit.
Cih.
Lebih baik aku merokok saja.
Ketika mengeluarkan korek, Budi menoleh padaku. Sempat kukira dia juga mau merokok, tapi ternyata dia hanya berujar. "Udahlah, Bro. Semua masalah bakal selesai kalau lo punya cewek. Cepet cari, biar hidup lo lebih berwarna."
Tak kusangka malam itu aku merenungkan perkataannya, padahal sebelumnya aku sudah ratusan kali mendengar kalimat serupa. Mungkin karena efek bosanku sudah melebihi batas.
.....
Malam selasa pukul delapan. Di sinilah aku sekarang. Berdiri tepat di depan pagar rumah mungil berwarna biru dengan sekotak coklat berpita pink di tangan kanan.
Pintu rumah itu terbuka, menampilkan seorang perempuan muda yang rambutnya disemir pirang, katanya supaya sesuai dengan namanya yang ke barat-baratan.Â