“Hahaha.”
Tawa seorang gadis yang baru saja kabur dari kejaran Pak Satpam sekolahnya. Gadis itu nampak terengah-engah. Dengan baju yang sedikit keluar juga rambut terurai yang acak acakan akibat goncangan saat ia berlari. Dan jangan lupakan keringat yang membasahi wajahnya. Ia nampak berantakan.
Benar, Renjana atau lebih sering dipanggil Jana terlambat lagi. Dan ini sudah ke lima kalinya Renjana terlambat. Ya, Renjana namanya, Renjana Pelita lebih tepatnya. Sebenarnya setelah tiga kali terlambat Renjana sudah mendapat teguran dari Wali kelasnya. Dan Renjana juga sudah mendapat sanksi atas perbuatannya. Tetapi dua hari terakhir ini ia berhasil lolos dari kejaran guru yang piket dan pak satpam sekolahnya. Renjana juga nampak tidak kapok. Malah ia merasa tertantang akan itu.
Melihat hal itu sang ketua OSIS, Dirgantara Baswara atau yang kerap dipanggil Dirga tidak tinggal diam. Ia mengikuti gadis itu diam-diam. Sengaja ingin membuatnya terkejut. Ia juga kesal sekali dengan gadis itu. Karena kemarin berhasil lolos dari kejarannya. Kali ini Renjana tidak akan bisa lolos lagi.
Sembari mengatur napasnya karena lelah berlari, Renjana membenahi dirinya yang nampak berantakan. Ia memasukan bajunya yang keluar dan menyisir rambutnya dengan jari jarinya. Kemudian ia juga mengelap wajahnya dengan tisu yang ia bawa. Setelah merasa sedikit lega ia melanjutkan jalannya menuju kelasnya yaitu XII MIPA 1. Namun betapa terkejutnya Renjana saat seseorang di belakangnya menepuk bahunya dengan sedikit kencang.
“Mau kemana kamu?” Tanya orang itu.
Renjana yang terkejut hanya membeku di tempat tanpa berbalik. Tetapi dengan sedikit ling-lung Renjana pun berbalik untuk melihat orang itu. Saat berbalik Renaja hanya melihat dada tegap di hadapannya. Karena memang orang tersebut terbilang cukup tinggi dan Renjana hanya sebatas dadanya.
Renjana pun kemudian membaca nametag orang tersebut, “Dirgantara Baswara.”
SIAL! Renjana lupa, selain pak satpam dan guru piket Dirgantara Baswara adalah orang yang harus ia hindari juga. Si ketua OSIS yang terkenal tegas dan sangat menyebalkan di mata Renjana.
Tanpa berkata apapun Renjana segera berlari dari hadapan lelaki itu. Tapi ibarat nasi yang sudah menjadi bubur. Sebelum Renjana berhasil berlari untuk kabur lelaki itu sudah terlebih dahulu mencekal tangannya.
“Lepas! Apaan sih!?.” Gerutu Renjana dengan ketus.