Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Ustaz Udin si Yatim Piatu yang Tak Kenal Menyerah, Kisah Hikmah Ramadan

20 Maret 2024   23:35 Diperbarui: 20 Maret 2024   23:37 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ustadz Udin duduk sendiri di ujung kursi panjang di teras rumah yang sederhana. Matahari sore masih hangat memancarkan sinarnya, menerangi kepingan-kepingan memori yang menghantui kepalanya. Dia mengenang kedua orangtuanya yang telah mendahuluinya persis di ke-17 bulan Ramadhan. Berdesah dia melantunkan doa untuk mereka. Tak terasa air mata menetes, rindu akan pelukan ibu yang hangat dan ayah yang tegas dan bijaksana.

Dia teringat betul bagaimana ia duduk di kursi yang sama, bersama kedua orangtuanya yang tersenyum penuh kasih. Tapi itu semua hanya kenangan sekarang. Kedua orangtuanya telah tiada, meninggalkannya dalam kesendirian.

Udin, begitu ia biasa dipanggil, adalah anak bungsu dari 15 bersaudara. Ia memiliki 11 kakak laki-laki, dan tiga kakak perempuan.

Bahkan, beberapa dari mereka bukan saudara kandungnya, tetapi mereka tetap satu keluarga.

Ayahnya, Ahmad, adalah seorang tukang kayu yang pandai dan bijaksana. Sedangkan ibunya, Fatimah, adalah ibu rumah tangga yang penyayang dan rajin.

*****

Mereka tinggal di sebuah desa kecil di pinggiran kota, di sebuah rumah sederhana dengan atap nipah. Kehidupan mereka mungkin tidak mewah, tetapi penuh dengan cinta dan kehangatan keluarga.

Udin seringkali mengingat saat-saat bahagia bersama keluarganya, seperti saat mereka berkumpul di sekitar meja makan untuk makan malam, atau saat ayahnya bercerita tentang petualangan di hutan.

Namun, semuanya berubah ketika musibah menimpa keluarganya. Suatu hari, ketika Udin masih duduk di kelas 6 SD, mereka menerima berita yang menggetarkan hati.

Ayah dan ibunya meninggal dalam kecelakaan mobil yang mengerikan. Ikut juga meninggal 3 saudara laki-lakinya yang menemani orang tuanya menjual hasil tani mereka. Setelah selesai rencananya mereka akan langsung ke pondok pesantren, tempat tiga saudara laki-laki menuntut ilmu.

Mereka semua meninggal di tempat kejadian, meninggalkan Udin dan saudara-saudaranya dalam kebingungan dan kesedihan yang mendalam.

*****

Kematian kedua orangtuanya meninggalkan lubang yang besar dalam kehidupan Udin dan saudara-saudaranya. Mereka sekarang harus berjuang untuk bertahan hidup tanpa kasih sayang dan bimbingan orangtua mereka.

Meskipun sulit, Udin bertekad untuk menjadi sosok yang kuat dan tangguh bagi keluarganya.

Malam itu, Udin duduk sendiri di kamar kecilnya, memandangi langit-langit yang suram. Dia merasa sedih dan kehilangan, tetapi di dalam hatinya, ada api keberanian yang menyala.

Dia bertekad untuk tidak menyerah, untuk tetap berjuang demi keluarganya. Dengan tekad yang kuat, Udin bersumpah untuk menjadi tulang punggung keluarganya, meskipun dia masih muda.

Hari-hari berikutnya berlalu dengan cepat, diisi dengan tangisan, tawa, dan perjuangan. Udin dan saudara-saudaranya harus belajar beradaptasi dengan kehidupan tanpa orangtua mereka.

Mereka belajar memasak, membersihkan rumah, dan mengurus kebun mereka sendiri. Meskipun sulit, mereka saling mendukung satu sama lain, menjadi satu-satunya keluarga yang mereka miliki.

Nasib baik, salah satu saudara ibunya tidak memiliki anak dan sangat prihatin dengan keadaan Udin kakak-beradik. Mereka semua dianggapnya sebagai anak sendiri.

Udin bungsu yang cerdas dan bijak, seakan menjadi seperti figur ayah bagi saudara-saudaranya yang lain. Ditambah lagi dengan wajah dan perawakan seperti mengkopi almarhum ayahnya, memandangi Udin bagaikan memunculkan Avatar ayahnya ketika masih muda.

Dia memimpin dengan teladan dan bijaksana, memberikan nasihat dan dukungan kepada mereka di saat-saat sulit. Meskipun ia merasa terbebani oleh tanggung jawabnya yang besar, dia tidak pernah menunjukkan kelemahan di depan mereka.

Dia bertekad untuk menjadi pelindung dan penopang keluarganya, tidak peduli seberapa berat beban yang harus ia pikul.

*****

Suatu hari, ketika Udin sedang bekerja di kebun belakang rumah, seorang pria tua yang bijaksana datang mengunjunginya. Pria itu adalah seorang tetua desa yang dihormati, bernama Umar.

Dia melihat potensi besar dalam Udin dan ingin membantunya mengembangkan bakat dan keahliannya. Umar menawarkan Udin kesempatan untuk belajar di madrasah setempat dan mendapatkan pendidikan yang layak.

Udin awalnya ragu, karena dia tahu bahwa biaya sekolah akan menjadi beban tambahan bagi keluarganya. Namun, Umar meyakinkannya bahwa pendidikan adalah kunci untuk meraih masa depan yang lebih baik. Akhirnya Dengan penuh keyakinan, Udin menerima tawaran itu dan mulai mengejar cita-citanya dengan tekad yang baru.

*****

Hari-hari berlalu, dan Udin semakin menonjol di madrasah, baik tingkat tsanawiyah ataupun aliyah. Dia belajar dengan tekun dan bersemangat, mencoba untuk menyerap setiap pengetahuan yang diajarkan oleh guru-gurunya.

Meskipun kehidupannya penuh dengan tantangan dan rintangan, dia tidak pernah menyerah. Dia tahu bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan keluar dari lingkaran kemiskinan dan keterbatasan yang mengikatnya.

Setelah lulus dari madrasah, Udin memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Dia berhasil mendapatkan beasiswa untuk kuliah di universitas terkemuka di kota.

Meskipun jauh dari rumah dan terpisah dari saudara-saudaranya, dia tidak pernah melupakan akar dan nilai-nilai yang diajarkan oleh keluarganya.

*****

Selama di universitas, Udin terus menunjukkan prestasi akademik yang gemilang. Dia aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan menjadi teladan bagi teman-temannya.

Disamping itu dia juga mulai menjalankan usaha penjualan online dengan menjadi reseller sehingga mendapatkan income yang lumayan.

Meskipun hidupnya telah berubah secara drastis, dia tetap rendah hati dan rendah hati, tidak pernah lupa dari mana asalnya.

*****

Setelah lulus dari universitas, Udin kembali ke desanya dengan harapan dan impian yang besar. Dia ingin menggunakan pengetahuannya untuk membantu masyarakat lokal dan memberikan penghargaan kepada orang-orang yang telah membantunya dalam perjalanan hidupnya.

Dengan semangat yang menggebu-gebu, dia memulai karir sebagai seorang ustadz, menyebarkan ilmu dan kebijaksanaan kepada generasi muda.

Dengan bakatnya yang luar biasa dan kemampuan orasi yang mengesankan, dia menjadi seorang ustaz yang disenangi. Pesan tegas dan keras, tetapi disampaikan dengan penuh kelembutan dan kata-kata bijak penuh hikmah.

*****

Udin menjadi inspirasi bagi banyak orang di desanya. Dia adalah bukti hidup bahwa dengan tekad yang kuat dan semangat yang tak kenal lelah, seseorang dapat mengatasi segala rintangan dalam hidup.

Namun, di balik kesuksesan dan keberhasilannya, terdapat sebuah episode emosional yang mendalam dalam perjalanan hidupnya.

Suatu hari, saat Udin sedang memberikan ceramah di masjid desa, seorang wanita tua memasuki ruangan dengan langkah gemetar.

Wajahnya pucat dan matanya terlihat lesu, mencerminkan beban yang berat di pundaknya. Wanita itu adalah nenek Aisyah, seorang janda tua yang hidup dalam kemiskinan.

Nenek Aisyah adalah tetangga sebelah rumah keluarga Udin. Dia sering menghabiskan waktunya dengan mengais rezeki di pasar-pasar tradisional, mencoba untuk mencukupi kebutuhan hidupnya yang sederhana. Namun, keadaan semakin sulit baginya setelah cucunya jatuh sakit parah dan membutuhkan perawatan medis yang mahal.

Dengan gemetar, nenek Aisyah mendekati Udin dan memohon bantuan. Dia menceritakan kisahnya dengan suara serak, menceritakan tentang penderitaan yang dialami cucunya dan ketidakmampuannya untuk membayar biaya perawatan.

Udin bisa merasakan keputusasaan yang memenuhi ruangan saat itu, dan hatinya tergetar oleh kesedihan nenek Aisyah.

Tanpa ragu, Udin segera merangkul nenek Aisyah dengan penuh kasih sayang. Dia menjanjikan bahwa dia akan melakukan segala yang ia bisa untuk membantu mereka.

Langkah pertama yang diambil Udin adalah menggalang dana di antara komunitas mereka untuk membantu biaya perawatan cucu nenek Aisyah.

Mereka mengadakan penggalangan dana di masjid desa, dengan warga desa berkumpul bersama untuk memberikan bantuan apa pun yang mereka bisa.

Meskipun hidup di desa dalam kemiskinan, mereka memberikan dengan tulus dan penuh keikhlasan, terinspirasi oleh semangat kebaikan dan kepedulian yang ditunjukkan oleh Udin.

Penggalangan dana itu sukses besar, melebihi harapan mereka semua. Dengan dana yang terkumpul, cucu nenek Aisyah dapat segera mendapatkan perawatan medis yang diperlukan.

Itu adalah momen yang mengharukan bagi semua orang yang terlibat, memperlihatkan kekuatan solidaritas dan kepedulian dalam komunitas mereka.

*****

Namun, keberhasilan penggalangan dana tersebut tidak berlangsung lama. Beberapa minggu kemudian, mereka menerima berita yang mengguncang hati mereka semua.

Cucu nenek Aisyah, Amin, telah meninggal dunia setelah berjuang melawan penyakitnya yang mematikan.

Kematian Amin merupakan pukulan yang sangat berat bagi nenek Aisyah dan seluruh desa. Udin merasa sangat sedih dan terpukul oleh kejadian tersebut.

Dia merasa seperti telah gagal melindungi keluarga yang membutuhkan bantuan mereka. Tetapi, di tengah kesedihan yang mendalam, Udin memutuskan untuk tidak menyerah.

Dia menyadari bahwa bahkan dalam kegagalan dan kesedihan, masih ada harapan dan kekuatan untuk berbuat baik. Dengan tekad yang kuat, Udin melanjutkan misinya untuk membantu mereka yang membutuhkan, dengan lebih besar lagi.

Dia mengorganisir program-program bantuan lebih lanjut untuk membantu mereka yang terkena dampak penyakit serius, dan dia berjanji untuk tidak pernah berhenti berjuang untuk keadilan dan kemanusiaan.

*****

Dalam kepedihan dan kesedihan mereka, Udin dan nenek Aisyah menemukan kekuatan dalam solidaritas dan kasih sayang yang mereka bagikan.

Meskipun mereka harus menghadapi cobaan dan rintangan yang berat, mereka tahu bahwa bersama-sama, mereka bisa mengatasi segala sesuatu.

Dan dalam pengorbanan dan pengabdian mereka, mereka menemukan makna yang lebih dalam dalam hidup mereka, menguatkan ikatan persaudaraan dan kepedulian di antara mereka.

*****

Setelah kehilangan Amin, Udin merasa tanggung jawabnya semakin besar untuk membantu nenek Aisyah dan keluarganya. Dia tidak hanya ingin memberikan bantuan finansial, tetapi juga memberikan dukungan moral dan emosional yang mereka butuhkan dalam menghadapi cobaan tersebut.

Udin sering mengunjungi rumah nenek Aisyah, duduk di sampingnya di teras sederhana mereka, dan mendengarkan cerita-cerita nenek Aisyah tentang Amin.

Meskipun hatinya penuh duka, Udin berusaha untuk menjadi bahu yang kuat bagi nenek Aisyah yang kini sebatang kara. Udin menawarkan kata-kata semangat dan keberanian.

*****

Pada suatu hari, ketika Udin sedang bersama nenek Aisyah di teras rumah mereka, mereka mendapat kunjungan tak terduga dari seorang wanita muda yang tampak lesu dan penuh kecemasan.

Wanita itu bernama Fatimah, ibu dari dua anak kecil yang juga sedang sakit parah.

Ingatan Udin sekilas melayang ke masa lalu, teringat ibunya yang juga bernama Fatimah. Dua Fatimah dengan kisah sedih yang berbeda.

*****

Fatimah adalah seorang janda muda yang tinggal tidak jauh dari rumah nenek Aisyah. Suaminya meninggal dalam kecelakaan tragis beberapa bulan yang lalu sewaktu memanen sawit dan meninggalkannya sendirian untuk mengurus kedua anaknya.

Sekarang, kedua anaknya, Ali dan Zahra, sedang menderita penyakit yang serius dan membutuhkan perawatan medis segera.

Udin dengan cepat memahami penderitaan yang dialami Fatimah, karena dia sendiri pernah mengalami situasi yang serupa. Tanpa ragu, dia menawarkan bantuan kepada Fatimah, berjanji bahwa dia akan melakukan segala yang dia bisa untuk membantu mereka.

Mendengar tawaran bantuan dari Udin, Fatimah hampir tidak bisa menahan tangisannya. Dia merasa begitu terharu dan bersyukur atas kebaikan hati dan kemurahan budi Udin.

Dengan penuh harapan, mereka berdua membicarakan rencana untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan untuk perawatan Ali dan Zahra.

*****

Udin segera mengorganisir penggalangan dana di desa mereka, dengan dukungan penuh dari warga setempat. Mereka mengumpulkan dana dengan penuh semangat, menunjukkan kekuatan solidaritas dan kepedulian dalam komunitas mereka.

Semua orang berusaha sebaik mungkin untuk membantu Fatimah dan anak-anaknya, dengan harapan bahwa mereka bisa pulih dan hidup dengan bahagia lagi.

Berbagai acara amal diadakan di desa. Alhamdulillah warga desa memberikan sumbangan dengan murah hati, menunjukkan bahwa meskipun mereka hidup dalam kemiskinan, mereka memiliki hati yang besar dan kemauan untuk membantu mereka yang membutuhkan.

*****

Akhirnya, berkat kebaikan hati dan dukungan dari komunitas mereka, dana yang cukup berhasil terkumpul untuk membayar semua biaya perawatan Ali dan Zahra. Kedua anak itu dapat segera mendapatkan perawatan medis yang mereka butuhkan, dan mereka berdua mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang positif.

Ketika Udin melihat senyum bahagia di wajah Fatimah dan anak-anaknya, hatinya terasa lega dan penuh kepuasan. Meskipun hidupnya penuh dengan ujian dan kesulitan, dia merasa bersyukur bisa menjadi alat bagi kebaikan dalam hidup orang lain.

Baginya, memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan adalah bukan hanya sebuah tugas, tetapi juga sebuah kehormatan dan kebahagiaan yang besar.

Di bawah langit senja yang merona, Udin berdiri di teras rumah nenek Aisyah, merenungkan perjalanan hidupnya yang penuh dengan rintangan dan cobaan.

Meskipun ia telah menghadapi begitu banyak kesulitan, ia tahu bahwa setiap ujian yang dia lalui telah membentuknya menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih baik.

Dengan semangat yang tak kenal lelah, Udin bersumpah untuk terus menjadi cahaya dan harapan bagi mereka yang membutuhkan, mengabdikan hidupnya untuk melayani dan membantu sesama.

Dan di dalam hatinya, dia tahu bahwa meskipun jalannya mungkin terjal, dia tidak akan pernah sendirian, karena di sepanjang perjalanan, dia memiliki dukungan dan kasih sayang dari keluarga dan komunitasnya.

Padang, 20 Maret 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun