Setelah kehilangan Amin, Udin merasa tanggung jawabnya semakin besar untuk membantu nenek Aisyah dan keluarganya. Dia tidak hanya ingin memberikan bantuan finansial, tetapi juga memberikan dukungan moral dan emosional yang mereka butuhkan dalam menghadapi cobaan tersebut.
Udin sering mengunjungi rumah nenek Aisyah, duduk di sampingnya di teras sederhana mereka, dan mendengarkan cerita-cerita nenek Aisyah tentang Amin.
Meskipun hatinya penuh duka, Udin berusaha untuk menjadi bahu yang kuat bagi nenek Aisyah yang kini sebatang kara. Udin menawarkan kata-kata semangat dan keberanian.
*****
Pada suatu hari, ketika Udin sedang bersama nenek Aisyah di teras rumah mereka, mereka mendapat kunjungan tak terduga dari seorang wanita muda yang tampak lesu dan penuh kecemasan.
Wanita itu bernama Fatimah, ibu dari dua anak kecil yang juga sedang sakit parah.
Ingatan Udin sekilas melayang ke masa lalu, teringat ibunya yang juga bernama Fatimah. Dua Fatimah dengan kisah sedih yang berbeda.
*****
Fatimah adalah seorang janda muda yang tinggal tidak jauh dari rumah nenek Aisyah. Suaminya meninggal dalam kecelakaan tragis beberapa bulan yang lalu sewaktu memanen sawit dan meninggalkannya sendirian untuk mengurus kedua anaknya.
Sekarang, kedua anaknya, Ali dan Zahra, sedang menderita penyakit yang serius dan membutuhkan perawatan medis segera.
Udin dengan cepat memahami penderitaan yang dialami Fatimah, karena dia sendiri pernah mengalami situasi yang serupa. Tanpa ragu, dia menawarkan bantuan kepada Fatimah, berjanji bahwa dia akan melakukan segala yang dia bisa untuk membantu mereka.