Mohon tunggu...
Aufa Aulia
Aufa Aulia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Nursing Student

only you can change your life, nobody else can do it for you.♡

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Roda Kehidupan

1 Maret 2022   14:27 Diperbarui: 1 Maret 2022   16:47 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   Hancur, sesak. Rey dan Kinasih langsung terduduk ke lantai, teriakan demi teriakan histeris keluar dari mulut mereka berdua. Kekhawatiran yang menyelimuti diri Rey kala itu ternyata menjadi nyata, tidak pernah ia bayangkan akan terjadi hal buruk seperti ini. Bagai ditikam panah dari segala penjuru, Rey merasa dirinya sangat hancur. Omongan ayahnya kala itu ternyata adalah firasat bahwa akan terjadi hal seperti ini. Mau tidak mau, bisa atau tidak bisa, Rey harus tetap tumbuh, berkembang dan tetap menjalani hidup. Perjalanan hidup memang tidak akan pernah bisa ditebak, hari-hari yang kita jalani dengan penuh tawa dan bahagia bisa saja berubah menjadi hari yang penuh dengan derai tangis dan air mata.

-----

   Hari ini 06 Januari 2022, tepat 11 tahun usai terjadinya kecelakaan pesawat Indo Air, seorang pemuda tampan berdiri didepan kedua batu nisan yang tampak bersebelahan.

"Ibu, ayah. Aku sangat merindukan kalian, aku disini baik-baik saja, sesuai dengan nasihat ayah kala itu aku sekarang tumbuh sebagaimana pemuda pada umumnya." Ucap pemuda tampan itu

   Ya, pemuda itu adalah Rey, Rey tumbuh menjadi pemuda tampan yang tergolong berhasil diusianya yang masih belia. Semenjak kejadian yang mengubah hidupnya menjadi 180 derajat, Rey hidup dengan penuh duka dan air mata bersama sang nenek Kinasih. Namun Rey berfikir hidupnya tidak harus selalu tentang kesedihan, berkat sang nenek pun ia bisa tumbuh menjadi pemuda yang baik.

   Berkat kamera jadul yang diberi almarhum sang ayah pada saat Rey menginjak usia 11 tahun menambah ketertarikannya terhadap dunia fotografi semakin meningkat. Setelah ia lulus dari Sekolah Menengah Atas ia pun melanjutkan pendidikannya di Jakarta, dan mengambil jurusan Fotografer. Ia memilih untuk merantau ke Jakarta karena sang nenek Kinasih meninggal pada saat ia menginjak kelas 12. Pahit, itulah yang dirasakan Rey. Pahitnya kehidupan membuat Rey lebih menghargai dan dapat belajar arti kehidupan sesungguhnya.

   Namun Tuhan memang sang maha adil, ditengah pahitnya kehidupan yang menerpanya, ia mempunyai banyak teman yang sangat sayang kepadanya. Karena Rey merupakan seorang yang ramah dan mudah bergaul maka tak heran hal itu terjadi.

   Roda kehidupan memang akan selalu berputar, kadang kita berada diatas dan kadang kita berada dibawah. Ini merupakan cara Tuhan agar kita bisa memaknai apa arti kehidupan yang sebenarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun