Hilang ditelan perang. Kau yakin kau dapat memastikan aku dapat berbuat sesuatu?"
Har : (terdiam)
Uni Nun : (tersenyum masam) Kau sendiri tak yakin dengan ucapanmu. Bagaimana mungkin aku meyakinkannya?
Har : Tapi setidaknya, kau lebih bisa berbuat banyak nantinya.
Uni Nun : Ya, tentu saja. (dengan nada yang sedikit angkuh) Seperti juga dulu kan? Seolah-olah jika tak ada aku semuanya seperti tidak sempurna. Semua orang jatuh cinta padaku, semua orang haus akan segala yang ada padaku. Tapi setelah itu, apa lagi? (dengan nada kesal)
Har : (tertunduk)
Uni Nun : Kau kasihan padaku, bukan?
Har : Kenapa tidak?
Uni Nun : Ya. Tentu saja kau kasihan padaku. Karena kau merasa berdiri di tempat yang sangat tinggi. Sedang aku? Aku hanya berada di bawahmu. Lalu dari tempatmu yang tinggi itu, kau memandangku.(nada sinis) Oh, alangkah kecilnya kau Nun. (mencela dirinya seakan-akan Nun adalah Har)
Har : Cukup, Nun. (mencoba mencairkan suasana)
Uni Nun : Seperti tadi saja. Kalau bukan aku yang menyapamu. Kau takkan tahu siapa aku. Sedang mata pertamamu saat melihatku tadi, kau seolah melihatku seorang pengemis yang dijijiki. Alangkah cepatnya semua berubah. Dan lebih cepat lagi seseorang melupakan seseorang lainnya. Meski pernah orang itu dicintainya." (lagi-lagi dengan nada sinis dan menatap Har)