Sambil mengangguk-anggukan kepala, Sigit mengambil foto Beni dan Taufik. "Pak Mamat pernah kenal atau liat dua orang ini?" tanya Sigit.
Sambil berfikir sejenak, Mamat kemudian berkata "Jadi pas pergi ke pasar itu, gak jauh dari warung, motor yang saya pakai sama istri teh kepleset. Karena jalanan lagi becek banget. Nah, orang ini bantuin saya pas motor saya kepleset" kata Mamat sambil menunjuk salah satu foto.
"Saya inget banget, soalnya cowok itu bajunya aneh. Pakai pakaian kerja rapih di jalur hiking. Pakai sepatu kerja dan pakai celana bahan gitu ndan. Gak cocok buat hiking" terang Mamat.
Sigit terdiam mendengar penjelasan tersebut, sambil memandang foto yang ditunjuk Mamat, ragu.
***
8 Hari yang lalu, Kamis 7 Juni 2018
Beni masih menangis sesenggukan, di depannya terlihat 3 buah foto yang berpotensi besar akan merusak karir politiknya yang baru saja dimulai dan pasti akan merusak rumah tangganya. Ya, tangisan Beni bukan untuk kematian Evha. Tampaknya Sigit, yang sedari tadi duduk di depan Beni, menyadari hal tersebut. Terlihat dari pandangan Sigit ke Beni, seperti melihat sampah.
"Kapan terakhir kali kamu ketemu Evha?" tanya Sigit setengah berteriak
"Kamu gak usah pakai nangis, cukup jawab pertanyaan saya" kata Sigit tegas.
"Minggu lalu pak, hari kamis" jawab Beni menjawab terbata-bata. Sigit mengecek tanggal di handphonenya. Kamis, minggu lalu, 31 Mei 2018, pikirnya. "Tepatnya kapan? Jam berapa? Dimana?" tanya Sigit.
"Siang pak, di Mall Plaza Semanggi" kata Beni singkat