Apakah sudah terlambat? Pikir Emma. Apakah dia sudah berkeluarga? Apa pantas kalau aku datang menemuinya? Berbagai pikiran berseliweran di benak Emma. Kalaupun ia sudah berkeluarga, paling tidak aku hanya ingin meminta maaf, tidak lebih, putus Emma.
Emma mendekatkan kepalanya ke moderator di samping kananya. Ia meminta izin untuk undur diri dengan alasan ke kamar mandi. Segera Emma menuruni panggung, mencari laki-laki yang pernah ia temui hampir 4 tahun lalu.
***
"Pakde Bembeng, gendong Raya dong sebentar" bujuk Mira kepada Bambang. "Mana seeh Rio" tanya Bambang kepada Mira, "Katanya cepet beli susunya" kata Bambang agak kesal. "Iya bentar ah" kata Mira singkat, sedikit kesal, sambil menggendong anak kedua Mira, Arya. Pandangan tajam Mira yang membuat Bambang terdiam. Kadang Bambang salut, bagaimana Rio bisa tahan dengan pandangan seram adiknya itu setiap hari.
Bukannya Bambang tidak suka menggendong keponakan-keponakannya itu, tetapi ada hal yang mengganggunya semenjak masuk mall tadi.
Rencananya hari ini, Bambang dan Rio akan membelikan treadmill untuk bapak, supaya bapak tetap bisa beraktifitas setelah baru saja pensiun, akan tetapi Mira memaksa ikut. Akhirnya borongan lah mereka berlima ke mall. Ketika masuk mall, Bambang tidak sengaja melihat banner berdiri di loby mall, dan ia sangat mengenali foto yang terpampang di banner itu. Foto yang begitu familiar, walaupun ia tidak pernah tahu nama wanita di dalam foto itu.
Rio akhirnya datang membawa belanjaan buat anak-anaknya. Bambang mengambil belanjaan tersebut dan menyerahkan Raya ke gendongan bapaknya. "Gua keluar dulu ya, belanjaan gua bawa ke mobil" kata Bambang kepada Mira dan Rio.
Dengan membawa belanjaan dua keponakannya, Bambang setengah berlari menuju loby mall. Tetapi wanita yang tadi ia lihat duduk di tengah sudah tidak ada lagi di tempatnya. Sambil menghela nafas, Bambang melangkah gontai, menuju sebuah kafe di mall tersebut, sambil membawa belanjaannya. Paling tidak, dari banner berdiri tersebut, sekarang Bambang tahu nama wanita itu, Emma Purnama, mungkin akan ada kesempatan lainnya, batin Bambang menghibur dirinya sendiri.
Long Black Ice Coffee, with 15 Mill Sugar
Emma masih setengah berlari mencari laki-laki yang ia kenal 4 tahun lalu itu. Seketika sesuatu terbesit dalam pikirannya, ia tahu, dimana ia bisa menemukan laki-laki itu. Ia menuju sebuah kafe di lantai dasar mall, seorang laki-laki yang ia kenal sedang memesan di depan barista. "Long Black Ice Coffee...." Kata laki-laki itu. "With 15 mill sugar" sela Emma. Laki-laki itu menoleh ke arah Emma. "Hey..." sapa laki-laki itu nampak agak terkejut. "Hey juga..." balas Emma dengan senyuman yang menjajah isi pikiran laki-laki itu selama 4 tahun lamanya.
Keduanya duduk berhadapan di kafe tersebut. "Gimana anak-anak? Sehat?" tanya Emma canggung. "Anak-anak?" tanya laki-laki itu heran. Emma kemudian menunjukan belanjaan berbagai kebutuhan bayi yang dibawa laki-laki itu. "Owh... ini buat keponakan, ini ke mall bareng adek sama anak dan suaminya" jelas laki-laki itu. Emma pun tersenyum mendengar jawaban laki-laki itu.