Mohon tunggu...
Jie Laksono
Jie Laksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - What is grief if not love perseverance?

Ketika kata lebih nyaman diungkapkan lewat tulisan ketimbang lisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

L Is For....

9 Januari 2021   09:14 Diperbarui: 9 Januari 2021   09:21 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

 "Long black coffee dengan es sama sedikit gula ya mbak" kata seorang wanita memesan minumannya di sebuah kafe di selatan Jakarta, "Iya mbak Emma" kata sang barista, sudah mengenal baik customer langgananya tersebut. Sudah setahun lebih Emma selalu minum kopi di kafe ini sambil menyelesaikan buku yang ia tulis. Di kafe ini jugalah Emma bertemu dengan laki-laki yang tidak sengaja ia sakiti setahun lalu. Emma selalu tersenyum bila mengingat laki-laki yang tidak ia tahu namanya tersebut. Bilang sayang di pertemuan kedua, Emma kembali tersenyum mengingatnya kembali.

Ketika ia mendengar laki-laki itu tiba-tiba bilang sayang, ia merasa sangat takut. Siapa manusia yang bilang sayang pada pertemuan kedua? Padahal tidak pernah berkomunikasi sama sekali? Pengalamanya dengan mantannya yang terdahulu, juga yang membuat ia takut. Emma takut diperalat dengan mind game, seperti mantannya selalu memanfaatkan vulnerability-nya di masa lalu.

Sebenarnya tidak lama setelah ia meninggalkan Pantai Ancol sore itu, ia sadar bahwa keterusterangan dia kepada laki-laki itu, terkait masa lalunya, juga memunculkan vulnerability kepada laki-laki itu. Mestinya, aku beri dia kesempatan kata Emma.

Oleh karena itu, sekitar setengah jam kemudian, ia kembali untuk mencari laki-laki itu di sekitar pantai Ancol. Tapi ia sudah tidak ada. Kemudian berhari-hari ia minum kopi di kafe ini, tempat pertama kali mereka bertemu. Laki-laki itu tidak pernah kelihatan lagi.  

Life, Lesson Learned but Life Must Go On

Di sebuah toko buku ternama yang berada di sebuah mall di pusat Jakarta, Emma sedang menghadiri acara jumpa fan buku pertamanya "L is for Life". Buku yang ia tulis dengan susah payah selama hampir selama 2 tahun itu akhirnya terbit beberapa bulan lalu, diterima dengan antusias yang sangat tinggi.

Jumpa fans kali ini pun bukan jumpa fans yang pertama bagi Emma. Tidak ia sangka, buku yang sebenarnya terinspirasi dari kisah pertemuannya dengan laki-laki yang namanya tidak pernah ia tahu, hampir 4 tahun lalu itu, disukai khayalak banyak.

Emma duduk di sebuah kursi dengan meja panjang yang ditempatkan di panggung kecil di tengah-tengah loby mall. Emma duduk di tengah, diapit oleh moderator di sisi kanan, dan publisher bukunya di sisi kiri. Banyaknya fans yang hadir, membuat acara tidak bisa dilaksanakan di dalam toko buku. Fans tidak hanya memadati loby mall di lantai dasar, tetapi juga ada yang melihat dari lantai dua mall. Emma, karena duduk di kursi yang ditempatkan di atas panggung, dapat melihat fansnya, yang mayoritas perempuan, dengan leluasa.  

Acara pun dimulai dan berjalan dengan tertib. Ketika dalam sesi tanya jawab, Emma tidak sengaja memandang ke lantai dua mall tersebut. Sosok yang tidak asing terlihat oleh Emma, laki-laki ramping dengan tinggi sekitar 176 cm, berpakaian kaos bergaris horizontal lengan panjang, bercelana khaki dan berkaca mata. Lelaki itu menggendong seorang bayi. Di samping lelaki itu berdiri seorang perempuan yang mendorong kereta bayi.

Detak jantung Emma tiba-tiba berdetak cepat, tangannya berkeringat. Apakah dia bisa mempercayai pandangannya sendiri? Sesekali Emma mencoba melirik kembali ke lantai dua mall, sambil mencoba fokus menjawab pertanyaan fans-fans nya. Iya benar, pikirnya, laki-laki itu, adalah tokoh utama dalam bukunya. Emma mencoba melirik kembali ke lantai dua, memastikan apakah lelaki itu masih berada di sana. Sudah tidak ada. Sambil menoleh ke kanan dan kiri, Emma mencoba mencari laki-laki itu.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun