“Oke,” jawab Rio setuju.
“Sejak kapan kamu Deket sama Susi?” tanyaku pada Rio sambil berbisik.
“Kepo. Makanya jangan jadi orang yang individualis, liat juga sekitar. Kayanya kamu harus berhenti baca buku eksistensialisme ketularan jadi individualis tuh,” kata Rio sedikit menjengkelkan.
“Sewot banget sih Yo. Kamu pacaran sama Susi?”
“Kenapa sih kepo banget?” kata Rio.
“Makanya Ti, kamu kumpul-kumpul juga sama kita-kita, jangan so sibuk terus,” kata Susi sinis.
“Emangnya aku kuliah buat gaya doang,” ucapku pelan, “aku do'a in cepet jadian!” kataku sedikit berteriak sambil berlalu meninggalkan mereka berdua. Sedikit sakit hatiku, tapi apa urusannya denganku itu kan hak Rio mau deket sama siapapun lagian kita juga cuma temen biasa.
Waktu berlalu dengan cepat. Aku mulai jarang melihat Rio dikampus apalagi ngusilin aku. Aku Cuma bisa liat Rio di kelas itupun dia lagi sama Susi selain di kelas juga kita ketemu di rapat-rapat HIMA kalo dirapat biasanya Susi ga suka ngintilin Rio. Pagi ini sehabis mata kuliah Sejarah Bangsa Indonesia, aku langsung pergi ke perpus, tiba-tiba aku melihat Ujang.
“Hey Ujang !!” teriakku kepada Ujang.
“Hey Tia, kemana aja? jarang liat,” kata Ujang menyapaku.
“Ada aja. Mau kemana?”