“Kenapa kamu ga cemburu liat aku sama Susi?”
“Aku cemburu Yo, tapi apa hak aku buat melarang kamu mendekati orang yang kamu pilih. Kita hanya sebatas teman. Lagian cinta itu bebas datang dan pergi, siapa yang dapat membendung itu semua siapa yang dapat mengikat itu semua. Ikatan pernikahan saja belum tentu dapat mengikat cinta seseorang. Begitupun dengan perasaan Susi, kamu memberikan harapan pada Susi hingga cinta itu terbang mengarah kepadamu. Dan aku pikir mungkin kamu udah ga suka sama aku.“
“Aku deketin Susi supaya lupa sama kamu, dan itu ga berhasil.”
“Yo, dengerin aku, cinta itu bebas ia seperti burung di langit, dia terbang seiring musim berganti. Ia hinggap di pohon mana aja. Tidak ada yang dapat mengalanginya. Kecuali kamu menyakitinya seperti para pemburu itu. Yang menembakkan pelurunya untuk menghentikan burung-burung itu terbang dan memberikan kehidupan disangkar. Aku ga mau seperti itu Yo, aku mencintai kamu dengan tulus. Tidak sedetikpun aku mudah melupakanmu, tapi bukan berarti aku harus seperti pemburu itu, menyakiti kamu.”
“Dengan sikap seperti ini, kamu menyakiti aku.”
“Cinta adalah kumpulan rasa, bahagia, rindu, nyaman, kecocokan, ketertarikan, kesedihan dan rasa sakit, seperti sikap kamu kepada Susi yang mempermainkan perasaannya hanya untuk bermain-main. Seperti aku kepadamu yang ga bicara jujur tentang perasaanku. Seperti kamu yang ga bicara jujur soal perasaanmu padaku.”
“Kenapa kamu ga ngomong, apa kamu malu karena kamu perempuan?”
“Bukan Yo, aku ga ngomong karena aku ga ingin, dan keadaan kita ga memungkinkan aku ngomong. Cinta tak sesederhana itu Yo, ia ga nampak, yang nampak hanya cara mengekspresikannya aja. Mau kita berpacaran atau enggak, kita akan mencintai dengan berbagai rasa yang tidak selamanya bahagia.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H