Sore hari yang kelabu. Masih di taman belakang, merasakan hangatnya matahari tenggelam. Wajahku tertunduk, menatap rumput yang sedari tadi bernyanyi. Namun jiwa dan ragaku masih terasa bertengkar. Beberapa menit kemudian, aku merasakan seseorang duduk di bangku yang sama, disebelahku.
“ Selamat Ulang Tahun Lucia “
Bingkisan berwarna-warni itu, kini ada dihadapan mata. Suaranya seperti sudah kukenal. Aroma darahnya jelas tercium. Dia manusia. Perlahan kulihat siapa dia. Vito. Dugaanku tak meleset. Istimewa. Hari ini hanya dia yang mengingat hari kelahiranku.
Tatapan matanya seperti ingin mengatakan sesuatu. Terlintas bagai cahaya di ujung pelangi. Sikapnya mulai berubah, begitupula dengan senyumannya. Aku mencoba merasuk, membaca fikirannya. Tetap saja tidak bisa. Aku ikuti saja apa yang dia inginkan. Dengan damai, kuterima hadiahnya. Tak lama setelah itu, ia mengambil jinjingan hijau dan mengeluarkan barang didalamnya. Ternyata sekotak cokelat besar dan satu kotak kecil lain. Ia memberikannya, untukku.
“ Makasih yaa tuan, eh Vit. Aku enggak nyangka saja, kamu ingat kapan ulang tahun aku “
“ Iya. Ehm... sekarang, aku mau jujur sama kamu. Sebenarnya, aku bisa baca fikiran seseorang, karna itu kamu tidak bisa baca fikiran aku. Aku tau kalau kamu berasal dari keluarga vampir. Dan aku juga tahu malam itu kamu tidak mau mengambil darah milikku. Lucia, walaupun usia kita berbeda, apakah kamu mau jadi pasangan hidup dan mati aku? “
Diriku bagai tersambar petir. Speechless ketika mendengar kata demi kata yang ia lontarkan. Masih dalam hangatnya senja, ia menunggu jawaban dariku. Ayah dan Ibu sudah berada disamping kami. Ekspresi datarnya membuatku tak berani mengatakan 'ya' pada Vito. Aku takut setelah ini ayah membunuhnya.
“ Lucia. Jika kamu sudah siap, untuk kali ini ayah restui kalian berdua. Namun, kalian tidak dapat hidup sebagai manusia. Dan jika kalian ingin bersama, kalian harus tinggal di dunia vampir selamanya “
Vito menatap mataku dalam sedalam samudera. Tersenyum bertanda ia bersedia menjadi vampir demi seorang Lucia. Awalnya aku tidak terlalu yakin, namun aku percaya bahwa kedatangan cinta tak pernah menyalahi takdir.
“ Baiklah. Aku bersedia, ayah “
Ayah mendekatiku. Dipeluknya aku dari belakang. Ia mulai mendekatkan wajahnya keleherku. Dan semuanya menjadi gelap. Beberapa menit kemudian, aku tersadar sebagai seorang vampir. Begitu juga dengan Vito. Hingga kiamat datang, kami hidup di dunia vampir layaknya vampir pada umumnya.