Mohon tunggu...
Assyifa Firdaus
Assyifa Firdaus Mohon Tunggu... -

Surya Boarding School Scholarship - writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasih Diujung Taring

30 Oktober 2014   22:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:07 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ Tidak bisa. “

“ Kenapa ayah? Bukankah vampir tidak dapat mati? Karena vampir memang sudah mati! Jelaskan

ayah! “

“ Tapi kau BISA MATI Lucia! Hal itu yang ayah takutkan terhadapmu. Kau masih memiliki darah layaknya manusia, jika kita tinggal di dunia vampir, mungkin kau sudah mati karena dibunuh oleh vampir lainnya. “

Jantungku beradu. Nafasku sesak mendengar perkataan ayah. Tapi benar juga, buktinya aku bisa bernafas tidak seperti ayah dan ibu. Aku bisa makan layaknya manusia, namun tetap membutuhkan darah layaknya vampir. Lantas mengapa aku tercipta seperti ini? Kehidupanku sangatlah menakutkan.

“ Ayah, satu lagi aku bertanya. Mengapa aku bisa dilahirkan sebagai manusia setengah vampir? “

“ Akhirnya. Pertanyaan itu yang ayah tunggu. Ayah berasal dari keluarga vampir. Sedangkan ibumu berasal dari keluarga manusia. Ketika ia sedang mengandungmu, ayah merubahnya menjadi seorang vampir. Itulah alasannya kau bukan manusia atau vampir seutuhnya. Sebenarnya, awalnya ayah ingin mengubahmu menjadi vampir. Namun berkat permintaan ibumu, ia masih menginginkan kau memiliki kehidupan layaknya manusia. Hingga saatnya nanti, barulah ayah akan mengubahmu menjadi vampir yang seutuhnya “

Ayah pergi begitu saja. Disusul oleh ibu yang sedari tadi diam menyimak.

തതത

Lima hari aku tidak kuliah. Trauma akan penjelasan ayah. Aku takut. Lima hari pula aku terduduk di bangku taman belakang rumah. Tanpa melakukan apapun. Ayah dan Ibu hanya memperhatikanku dari dalam rumah. Peduli atau tidaknya mereka, terserah. Tapi mungkin saja mereka memang mengerti bahwa aku perlu waktu untuk menyendiri. Menerima realita yang ku jalani. Dengan berbekal hampa, kejadian seperti ini harus ditanggapi dengan kepala dingin.

Ayah membuka pintu depan rumah, terdapat sosok laki-laki yang sudah pernah dilihatnya. Pria itu membawa map berwarna merah, beserta jinjingan hijau yang berisi kotak dibungkus oleh kertas berwarna. Dia agak terkejut ketika melihat wajah ayah yang dingin. Seperti pemarah. Namun dia dapat bersikap sewajarnya. Dan mengatakan bahwa kedatangannya bermaksud ingin menemuiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun