Apa yang aku tulis di ponselnya tak satu pun di jawabnya.  Tiga jam lebih aku menunggu  mas Wijaya menjawab, tapi tak satu pun di jawab hanya di baca. Kesal rasanya tapi itulah kebiasaan mas Wijaya, akan mendiamkan aku, hingga hatiku luluh kembali dan berbincang seperti tanpa terjadi apa apa.
Mas, itu dulu ketika aku masih labil - labilnya, tak susah kau membujukku jika aku marah padamu, tapi sekarang aku wanita dewasa yang mempunyai anak dan suami. Aku ingin tak berlarut - larut semua menjadi selesai dengan baik.
Mas, telepon dengan sembunyi itu tidak nyaman . Mas di mata suamiku adalah kakakku dan anak anakku adalah  pak De mereka. Sekarang tinggal keluarga mas. Kalau tidak aku akan memblokir nomor mas, dari pada aku merasa tidak nyaman. Biarlah aku menanggung dosa atas amanah mamak dan bapak yang tidak aku laksanakan dari pada merasa bersalah sepanjang hidupku.
Ruang Kosong, 19022021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H