Mas Wijaya ; Tak tahulah mungkin perasaan saja
Aku  ; Pasti ada penyebabnya, nggak mungkin tanpa penyebab.
Mas Wijaya ; Sudahlah dek, tak usah terlalu dirisaukan yang terpenting kita sama sama sehat.
Perasaanku membacanya seperti ketus dan ingin menyudahi percakapan ini. aku kembali membalasnya
Aku ; Bukankah mas sendiri yang bilang merasa takut, kalau tidak ada yang mesti ditakutkan kenapa ada rasa takut. Sebenarnya ada apa
Mas Wijaya ; Iya mas sendiri tidak tahu penyebabnya, hanya perasaan itu bergelantungan di pikiran mas.
Aku ; Pasti ada pemicunya, nggak mungkin muncul begitu saja, contoh hati adek nggak tenang karena anak belum pulang atau adek merasa ada yang ingin menyakitkan atau menjauhi.
Mas Wijaya : Mas benar-benar tidak tahu, selesai sholat malam itu terasa cemas tak menentu.
Aku  ; Coba mas bawa tenang dulu. Apa ... Mas takut istri mas tahu karena masih sering menghubungi adek secara diam diam. Masihkah  istri mas sidak isi ponsel mas atau mas diam-diam ingin menjauhi adek.
Mas Wijaya ; Tidak... tidak semuanya!
Aku ; Kalau itu yang terbaik.