Sungguh tidak masuk akal sehat. Dan alangkah menyesatkan. Tokoh-tokoh terkenal NKRI yang bergelar profesor doktor dan sering kali masih dapat tambahan sebutan kehormatan sejati sebagai ahli atau pakar. Membandingkan kasus Pak Ahok dengan kasus Ariswendo Atmowiloto yang “merendahkan” kedudukan Rasulullah saw., seperti halnya yang dilakukan oleh Desmod Mahesa.
Membandingkan kasus Pak Ahok dengan yang dilakukan Lia Eden, sebagai pimpinan sekte Kerajaan Tuhan yang meresahkan masyarakat dengan ulahnya melakukan kebohongan agar dirinya dikultuskan pengikutnya.
Dan alangkah bodoh dan menyesatkan membandingkan kasus Pak Ahok dengan kasus Ahmad Musadeq, yang ditangkap polisi karena mengaku dirinya adalah seorang nabi, padahal umat Islam mengakui bahwa sesudah Nabi Muhammad saw tidak akan ada lagi nabi baru. Bahkan tidak ada satu pun negara di dunia yang menolak bahwa Nabi Muhammad saw adalah Nabi akhir zaman. Sesudah Muhammad saw tidak akan nada lagi nabi baru.
Apakah tidak sebaiknya semua pihak yang lapor seseorang telah melakukan kebohongan publik dan juga pencemaran nama baik. Ditahan polisi lebih dahulu sampai tuduhannya lengkap dengan bukti-bukti yang memenuhi syarat untuk memanggil yang dituduh.
“Kebohongan publik” mungkin salah satu bentuk kreatifitas manusia yang melebihi kemampuan Tuhan? Tuhan sendiri tidak mampu membuat kebohongan publik. Jangankan berbohong, omong saja Tuhan tidak bisa.
Demikian. Salam bahagia sejahtera bagi yang sempat membaca tulisan ini. Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H