Kebohongan publik
Maksudnya. Ahok diserang oleh para penyerangnya dengan cara membuat kebohongan publik.
Mereka yang panik adalah kaum-kaum yang menggalang kekuatan untuk terus berusaha menekan pemerintah untuk menggulingkannya.
Demo 2 Desember 2016. Telah tercium bau sebagai satu tahapan untuk makar.
Kata Fadli Zon makar itu istilah orde baru. Tepat sekali pendapat itu. Karena seperti itulah tujuan demo 212. Menggulingkan pemerintah seperti dilakukan orde baru terhadap orde lama. Dengan cara semakin hebat menghujat Ahok. Supaya ledaknya mengguncang istana.
Belakangan ada celah baru. Buat mereka yang panik untuk memfitnah Ahok dengan bersenjatakan “kebohongan publik.” Fitnah demikian menunjukkan kebingungan mereka.
“Dugaan Ahok” bahwa para demonstran dibayar 500 rupiah per orang sangat masuk akal. Bukan mengada-ada. Bisa diuji. Paling tidak pasti disediakan atau dianggarkan oleh pihak penyelenggara demo. Siapa penyelenggara demo, bisa dilihat dari surat-surat minta izin untuk demo dari kepolisian.
Bisa ditanyakan juga kebenarannya, kepada setiap ulama yang mengkoordinir peserta demo. Kalau mereka mengaku anggaran dipikul sendiri-sendiri oleh para peserta demo. Alangkah bodohnya mereka yang berdemo hanya untuk menjatuhkan Ahok, tanpa dibayar. Apa untungnya bagi para demonstran? Apa yang demo itu dibodohi semua pakai menistakan agama? Tak masuk akal sehat.
Kalau ada peserta demo yang tidak mengaku merasa terima aggaran 500.000 rupiah per orang pasti haknya dimakan oleh ulama yang mengkoordinir. Hendaknya mereka menuntut haknya kepada ulama yang memimpinnya.