Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melampaui Stoikisme dan Afirmasi : Kerangka Epistemologi Dinamis untuk Membentuk Revolusi

21 Januari 2025   11:49 Diperbarui: 21 Januari 2025   11:49 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sementara itu, tradisi Abrahamik diteliti melalui peristiwa-peristiwa revolusioner, seperti pembebasan Bani Israel dari perbudakan Mesir dan pembentukan tatanan sosial yang baru di Madinah. Analisis ini membantu menggambarkan bagaimana inspirasi transendensi mampu menciptakan perubahan kolektif yang signifikan.

4.3 Kerangka Evaluasi

Penelitian ini mengembangkan kerangka evaluasi untuk mengukur efektivitas pendekatan Stoikisme, afirmasi, dan tradisi Abrahamik dalam menciptakan perubahan spiritual dan sosial. Kerangka ini mencakup tiga kriteria utama:

  1. Transformasi Individu. Apakah pendekatan tersebut mampu mengubah pandangan dan perilaku individu terhadap tantangan hidup? Bagaimana pendekatan ini memengaruhi kesejahteraan psikologis individu?

  1. Dampak Kolektif. Apakah pendekatan ini mampu menciptakan perubahan sosial yang berkelanjutan?
    Bagaimana pendekatan ini membangun solidaritas dan kerja sama dalam komunitas?

  1. Kesesuaian dengan Realitas. Apakah pendekatan tersebut memperhitungkan keterbatasan manusia dan faktor eksternal?
    Bagaimana pendekatan ini mendorong tindakan yang realistis tanpa mengorbankan visi perubahan yang lebih besar?

Stoikisme dievaluasi dalam kemampuannya untuk membantu individu menghadapi tantangan internal, tetapi seringkali gagal dalam memotivasi perubahan eksternal yang revolusioner. Afirmasi dinilai dalam hal kemampuannya memberikan harapan, tetapi dikritik karena cenderung mengabaikan realitas objektif. Tradisi Abrahamik diuji dalam konteks keberhasilannya menciptakan transformasi kolektif melalui integrasi kesadaran individu, kekuatan transenden, dan strategi progresif.

Metodologi ini memastikan bahwa analisis tidak hanya bersifat deskriptif, tetapi juga kritis dan evaluatif. Dengan mengintegrasikan pendekatan kualitatif, analisis tekstual, historis, dan kerangka evaluasi, penelitian ini memberikan landasan yang kokoh untuk menantang Stoikisme dan afirmasi, sekaligus mengajukan alternatif yang lebih relevan untuk revolusi spiritual dan sosial.

5. Analisis dan Diskusi

5.1 Kritik terhadap Stoikisme

Stoikisme, sebagai filosofi penerimaan pasif, seringkali dianggap memberikan ketenangan dalam menghadapi kesulitan. Namun, pendekatan ini menunjukkan keterbatasan signifikan dalam menciptakan perubahan kolektif dan melawan ketidakadilan struktural.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun