Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Tiga Skenario Masa Depan AI di Indonesia

21 November 2024   16:05 Diperbarui: 21 November 2024   20:37 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Resistensi Sosial dan Buruh

Adopsi AI di sektor manufaktur dan logistik menghadapi perlawanan besar dari serikat pekerja yang khawatir akan kehilangan pekerjaan. Pemerintah gagal menyeimbangkan kebutuhan teknologi dengan perlindungan tenaga kerja.

3. Kurangnya Dukungan Pemerintah

Regulasi AI yang terlalu ketat, seperti pajak tinggi untuk penggunaan AI impor dan kurangnya subsidi bagi startup lokal, membuat inovasi stagnan. Selain itu, tingkat literasi digital yang tidak meningkat menyebabkan masyarakat luas tidak memahami manfaat AI. Kejadian seperti sejumlah perusahaan logistik dan manufaktur besar di Indonesia menggantikan sebagian besar tenaga kerja dengan sistem berbasis AI. Namun, karena minimnya program pelatihan ulang, ribuan pekerja kehilangan mata pencaharian. Ini memicu ketidakstabilan sosial, sehingga pemerintah membatasi penggunaan AI lebih lanjut.

4. Dampak Sosial-Ekonomi

Ketergantungan pada teknologi impor makin besar. Gap teknologi antara Indonesia dan negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, makin melebar. Indonesia gagal memanfaatkan potensi AI untuk mendorong pembangunan ekonomi.

Refleksi dan Peluang

Ketiga skenario ini menunjukkan bahwa masa depan AI di Indonesia sangat ditentukan oleh empat faktor utama yaitu pendidikan, kebijakan, ksesibilitas teknologi, dan penerimaan dari kalangan buruh. Jika Indonesia dapat memastikan literasi digital yang inklusif, mendorong kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan komunitas, serta menciptakan ekosistem AI yang terbuka, maka potensi skenario optimis dapat terwujud. Sebaliknya, tanpa perencanaan strategis, AI bisa menjadi peluang yang terlewatkan.

Skenario Paling Mungkin

Melihat kondisi Indonesia saat ini, skenario yang paling mungkin tampaknya adalah skenario moderat, di mana adopsi AI terus berkembang, tetapi penyebarannya tidak merata. AI hadir dengan potensi prospek besar bagi masa depan Indonesia, tetapi realitas di lapangan menunjukkan bahwa potensi itu belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat atau semua sektor ekonomi.

Saat ini, Indonesia menikmati era layanan AI yang mudah diakses karena banyak platform yang masih bersifat gratis atau disubsidi. Ini dimungkinkan oleh investasi besar dari pemodal global yang mengharapkan keuntungan besar di masa depan. Namun, model ini tidak sepenuhnya berkelanjutan. Ketika keuntungan yang diharapkan tidak kunjung datang, pendanaan mungkin dihentikan, memaksa pengembang AI untuk menerapkan layanan berbasis biaya. Perubahan ini dapat menghambat adopsi AI, terutama bagi masyarakat yang berpendapatan rendah dan usaha kecil menengah (UMKM), yang selama ini sangat bergantung pada teknologi murah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun