Konsep relativitas waktu dan dilatasi waktu Einstein memang revolusioner. Semua orang mengakui kejeniusan dan  kebesarannya. Walaupun Einstein tidak luput dari blunder, cahaya kejeniusannya tidak juga berkurang kilaunya. Sementara kita masih bertanya-tanya tentang konsep waktu versi Muhammad terutama relevansi, korelasi dan konsekuensinya dalam fisika dan kosmologi, barangkali dengan hadirnya konsep waktu Einstein, kita bisa menemukan jembatan pemahaman antara konsep Muhammad dengan konsep Einstein, sehingga konsep waktu versi Muhammad tidak berhenti sebagai teks spiritualitas belaka yang dipahami secara sempit sebagai sebuah dogma.Â
Sekitar seribu empat ratus tahun sejak Al Qur'an hadir hingga kini, Muslim berusaha memahami maksud dari teks spiritualitas yang dikabarkan Muhammad itu. Kitab-kitab tafsir yang ada baik itu yang klasik seperti At Tabari, Al Quthubi, Ibnu Katsir, dan Jalalyin, maupun kitab tafsir kontemporer seperti Al Manar, Fi Zillal, Al Jawahir, Al Azhar, dan Al Misbah, tidak memberikan penjelasan yang memuaskan tentang makna ayat-ayat dilatasi waktu di atas. Apa maksud sebenarnya dari satu hari setara dengan seribu tahun dan lima puluh ribu tahun. Ketika Einstein datang, Muslim mulai mencoba memahami konsep relativitas waktu dan dilatasi waktu dalam kerangka relativitas khusus dan relativitas umum. Tapi bisakah? Bisakah kedua konsep waktu itu saling menjelaskan?
Dilatasi Waktu Relativitas KhususÂ
Pada diskusi kita sebelumnya di kompasiana yang berjudul "Tafsir Einstein Atas Al Qur'an 1", saya berusaha menguraikan konsep relativitas waktu dan dilatasi waktu dalam kerangka relativitas khusus. Â Di situ, kita sampai kepada kesimpulan bahwa untuk memahami maksud Al Qur'an yang sesungguhnya kita perlu memahami Faktor Lorentz dalam persamaan dilatasi waktu relativitas khusus sebagai variabel tersendiri, bukan sebagaimana dituliskan selama ini. Faktor Lorentz bisa kita notasikan tersendiri dengan simboll Gamma.Â
Tapi itu pun masih belum cukup untuk mencapai kuantitas waktu yang dimaksud oleh Al Qur'an. Untuk mencapai kuantitas dilatasi waktu yang dimaksud Al Qur'an, yaitu satu hari setara seribu tahun atau lima puluh ribu tahun yang berarti 1:365.000 atau 1:18.250.000, dibutuhkan kecepatan lebih besar dari kecepatan cahaya. Ini syarat yang berada di luar asumsi relativitas khusus.Â
Dilatasi waktu yang dicapai oleh proton di akselerator partikel LHC yang mencapai 0.999999991 kecepatan cahaya hanya mencapai dilatasi waktu sekitar 1:7.300. Ini masih seratus dan seribu kali lipat di bawah dilatasi waktu yang diminta oleh Al Qur'an.Â
Keberatan kita yang lain terhadap relativitas khusus adalah foton sebagai satu-satunya entitas fisika yang mampu bergerak dengan kecepatan cahaya tidak tampak mengalami dilatasi waktu, kontraksi panjang, dan penambahan massa bagi kita sebagai pengamat diam seperti diprediksi oleh relativitas khusus. Â Alih-alih terjadi dilatasi waktu, foton tidak terpengaruh waktu. Alih-alih terjadi pertambahan massa, foton tanpa massa. Alih-alih terjadi kontraksi panjang, foton malah bersifat non locality di mana ruang tampak tidak ada atau bersifat diskrit.Â
Iya saya tahu, anda pasti berdesis dan bergumam bahwa foton sebagai entitas fisika tak bermassa tidak bisa disamakan dengan entitas fisika bermassa. Foton adalah kekecualian dalam relativitas khusus bahkan merupakan standar pengukuran dalam relativitas khusus. Foton dengan kecepatan cahayanya merupakan konstanta dasar dalam persamaan dilatasi waktu relativitas khusus.Â
Sebelum anda menepuk pundak saya dengan mengatakan bahwa saya salah dalam memahami konsep relativitas waktu dan saya terjebak dalam logical fallacy, tolong cerna ini dulu. Perbedaan kita sebenarnya terletak pada asumsi tentang sifat-sifat foton. Jika anda memandang itu sebagai kekecualian dalam relativitas khusus, saya melihat itu sebagai sesuatu yang di luar jangkauan relativitas khusus. Ini karena saya melihat entitas fisika bermassa pun ketika bergerak dengan kecepatan cahaya seharusnya berperilaku seperti foton yaitu tidak bermassa.
Dalam perspektif saya, suatu entitas fisika bermassa ketika bergerak, maka massanya terus bertambah sampai batas kecepatan tertentu, tapi kemudian massanya menurun seiring bertambahnya kecepatan, sehingga akhirnya massanya hilang ketika kecepatannya sudah mencapai kecepatan cahaya.
Silahkan saja anda meringis dengan hipotesis ini, tapi selama tidak ada entitas fisika bermassa yang secara nyata bergerak mendekati dan mencapai kecepatan cahaya, maka baik relativitas khusus maupun hipotesis saya, sama-sama tidak bisa dibuktikan.Â