Maka menjadi jelaslah bahwa evolusi dan proses mekanisme alam ini seluruhnya adalah terbentuk dengan pengaturan dan penataan yang terukur, tertakar, dan terkadar sehingga tercapai keseimbangan yang proporsional, estetis, dan pantas.
Adaptasi Manusia
Menyadari sejumlah besar kelemahan pada spesiesnya terutama dari segi kekuatan dan endurance fisik dibandingkan dengan spesies lainnya terutama dari spesies mamalia, yang bisa sangat mengancam eksistensinya, manusia merasa perlu mengembangkan suatu mekanisme adaptasi yang unik yaitu dengan mengembangkan kemampuan berpikir dan kinerja otaknya.
Ini adalah bentuk adaptasi yang belum pernah dicoba dan terjadi pada entitas biologis lainnya di biosfer ini. Pada awalnya tidak ada jaminan bahwa bentuk adaptasi dan evolusi ini akan berhasil menjaga eksistensi manusia. Alam melakukan ini bisa sepenuhnya trial and error atau dengan by design.
Bila melihat tahap evolusi dari spesies hominid dan homo lainnya sebelum homo sapiens, maka kedua proses evolusi itu baik yang trial and error dan yang by design, maka kedua proses tersebut bisa sama-sama mungkin terjadi dengan besaran kemungkinan yang sama besar. Tapi lonjakan perkembangan volume otak, kompleksitas struktur otak, dan hasil peradaban dari spesies homo terakhir seperti manusia Neanderthal, manusia Denisovan, lalu berlanjut kepada homo sapiens dapat dipahami bahwa evolusi ini terbentuk by design. Evolusi homo sapiens tampaknya terjadi dengan blue print yang telah disiapkan. Lonjakan volume otak, lonjakan kompleksitas struktur otak, lonjakan kecerdasan, lonjakan kesadaran, dan lonjakan peradaban yang dialami manusia homo sapiens tidak bisa dilakukan dengan proses evolusi yang lambat. Jikapun ada mutasi gen, maka ini adalah mutasi gen yang terukur dan tertata rapi.
Cara-cara manusia beradaptasi ini sangat berbeda dengan cara yang dilakukan entitas biologis lainnya baik dari tumbuhan, hewan, jamur, protista, maupun prokariotik.
Untuk melindungi diri dari cuaca dan predator, manusia tidak membuat cangkang seperti kerang dan siput, tapi membuat rumah dan benteng. Untuk memenuhi kebutuhan pangannya manusia mengembangkan sistem berburu, sistem bercocok tanam, dan sistem budidaya dari sejumlah besar spesies liar. Untuk menandingi kuda dan cheetah, manusia mengembangkan alat transportasi. Untuk bisa terbang secepat elang, manusia mengembangkan pesawat jet. Untuk bisa terbang bermanuver seperti capung dan nyamuk, manusia membuat helikopter. Beban-beban berat diangkut dengan mesin. Untuk melawan hawa dingin, manusia membuat pakaian. Untuk membela diri, manusia mengembangkan senjata.
Tidak seperti hewan lainnya yang adaptasi dilakukan dengan mengembangkan fungsi organ, menumbuhkan organ baru, bereproduksi secara cepat dan massif, dan melakukan mutasi gen, manusia justru beradaptasi dengan cara mengembangkan otak dan kesadarannya.
Jika evolusi otak bisa sangat berhasil pada manusia untuk beradaptasi dan menjaga kelangsungan spesiesnya, seharusnya evolusi juga mengarahkan entitas biologis lain dimulai dari spesies yang paling dekat dengan manusia secara morfologis seperti kera, yang paling dekat secara genetik seperti babi, yang paling dekat secara fisiologis seperti tikus, dan yang paling dekat secara kecerdasan seperti anjing untuk juga mengikuti jalur evolusi manusia.
Manusia secara fisik hanyalah bagian dari substansi dunia yang umum dan universal di alam, yaitu tersusun dari gugus karbon dan interaksi partikel elementer, namun manusia begitu terorganisir sehingga mampu mengetahui kebenaran, mengendalikan alam, mendambakan kebaikan, dan mengalami keindahan yang tak terucapkan. Manusia adalah entitas biologis yang mengalami revolusi kesadaran, yang dengannya itu manusia mampu beradaptasi menghadapi tantangan lingkungan.
Teori Evolusi Darwin dalam Persepektif Teori Assembly