Pada evolusi deterministik, dapat diketahui misalnya, organ apa yang akan berkembang dapat diprediksi dari tingkat aktivitas penggunaan organ tersebut.
Tapi dalam evolusi probalistik tidak dapat diketahui pasti organ apa yang akan dioptimalkan, ditumbuhkan atau dihilangkan walaupun stimulus internalnya sama.
Sementara pada proses evolusi relativistik tidak dapat dipastikan apakah evolusi itu terjadi dengan kesadaran atau didahului oleh evolusi kesadaran. Di mana dalam evolusi dengan kesadaran, perubahan fisik terjadi bersamaan dengan pertambahan tingkat kesadaran. Sedangkan dalam evolusi kesadaran, maka peningkatan kesadaran mendahului perubahan fisik, di mana entitas biologi lebih dulu sadar perlunya perubahan fisik untuk merespon perubahan lingkungan. Keduanya bisa jadi benar, relatif tergantung bagaimana kita menilai dan mengukur kesadaran.
Pada evolusi chaosik, terjadi lompatan perubahan fisik akibat dari stimulus lingkungan yang kecil saja. Evolusi chaosik terjadi misalnya ketika spesies homo terutama homo sapiens memutuskan untuk meningkatkan volume otak dan struktur otaknya secara drastis sebagai respon atas perubahan rantai makanan.
Keempat proses itu bagaimanapun tidak bersipat random, maupun arbiter.
Walaupun manusia dan kepiting memiliki "tangan" dan mata yang menghadap ke depan, tetapi masing-masing memutuskan untuk berjalan dengan cara yang berbeda, sehingga sendi-sendi kaki dikembangkan secara berbeda di mana manusia berjalan maju sedangkan kepiting berjalan ke samping. Ini tidak menunjukkan proses yang random maupun arbiter. Ini justru menunjukkan proses evolusi probalistik. Alam mungkin mempunyai sejumlah opsi evolusi, tapi tidak melakukannya dengan sesuka hati dan tidak pula asal.
Evolusi probalistik, evolusi relativistik, dan evolusi chaosik sebenarnya memiliki kecenderungan untuk bertindak secara random dan arbiter, yang hasilnya akan memunculkan banyak sekali entitas biologis yang aneh, di mana baik dilihat secara morfologi, fisiologi, metabolisme, dan genetikanya bersipat mind blowing karena keempat anasirnya tersebut seperti tidak saling sinkron dan kompatibel. Suatu entitas biologi yang hanya ada dalam imajinasi liar kita yang random dan arbiter. Tetapi dalam realitas fisik kita, baik evolusi probalistik, evolusi relativistik, maupun evolusi chaosik tampak jelas memiliki suatu blue print dan grand design.
Blind Sight
Sains berbasis filsafat materialisme menjadikan blue print yang kita sebut di atas tersebut sebagai blind spot, atau lebih tepatnya blind sight. Blind sight ini terjadi bisa memang karena tidak "melihatnya", mengabaikannya, atau menolaknya dengan berbagai dalih.
Ini seperti mirip balita yang baru mengenal komputer. Baginya komputer itu otonom, terbentuk secara mandiri, dan mekanisme serta hubungan antara komponen-komponen penyusunnya jelas, nyata, dan terukur.
Balita itu tidak tau bahwa di balik perangkat yang kasat mata itu yaitu di mana korelasi dan mekanismenya dapat dijelaskan dengan urut dan runtut itu ada mekanisme koding dan algoritma yang bekerja di belakangnya. Ada semacam blue print dan gambar besar antar komponen fisik penyusun komputer.