Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Cara Mudah Memahami Teori Assembly Dalam Evolusi Biologi

6 Oktober 2023   09:33 Diperbarui: 8 Oktober 2023   04:50 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang mendorong manusia mampu melakukan itu? Apakah itu karena dorongan manusia untuk mempertahankan kehidupan pribadinya dan spesiesnya jauh lebih besar daripada dorongan yang dimiliki harimau?

Pertanyaan kita berlanjut kepada, apakah kesadaran itu tumbuh berevolusi dari dalam ke luar, ataukah semacam ditanamkan dari luar ke dalam? Jika kemampuan beradaptasi dan berevolusi itu berbeda-beda dan bertingkat-tingkat di antara entitas biologis, bagaimana kemampuan itu tumbuh? Apa saja yang mempengaruhi kemampuan itu? Apakah suatu entitas biologis mempunyai kehendak bebas dan mandiri untuk memilih dan memiliki tingkat kemampuan beradaptasi dan berevolusi yang dibutuhkan dan diingkannya? Apakah kemampuan itu melibatkan kesadaran? Apakah kemampuan itu melibatkan juga semacam suatu kehendak bebas atau alam telah memaksakannya?

Jika kita menanam chip AI ke otak harimau, apakah kemudian harimau bisa berkembang mengungguli manusia?

Survival of The Fittest

Dorongan survival mungkin telah memaksa entitas biologis untuk beradaptasi dan berevolusi, tapi besaran dorongannya dan besaran tantangannya tidak berkorelasi dengan tingkat kemampuannya beradaptasi dan berevolusi. Kita bisa saja mengukur besaran dorongan survival melalui besaran tantangan lingkungan, dan mengukur besaran tantangan alam melalui sejumlah variabel indikator fisik seperti jumlah mangsa dan pemangsa, ketersediaan air, suhu lingkungan, dan perubahan kualitas udara. Walaupun begitu, besaran tantangan lingkungan, besaran dorongan survival, dan tingkat kemampuan beradaptasi dan berevolusi tidak berkorelasi secara linear dan positif.

Ketika meteor menghantam bumi pada Great Extinction 5 sekitar 65 juta tahun lalu, semua entitas biologis yang ada saat itu mengalami tekanan tantangan lingkungan yang sama besar, yang mana hal ini seharusnya membangkitkan dorongan survival yang sama besar juga, tapi nyatanya kemampuan berevolusi setiap entitas biologis beragam dan berbeda-beda. Jadi, kemampuan beradaptasi dan berevolusi itu berasal dari mana? Dari gen? dari insting yang arbiter? Dari respon fisik yang random? Atau alam secara sadar memilih entitas biologi mana yang akan dimusnahkan dan yang akan diselamatkan?

Masalah survival of the fittest menjadi semakin rumit karena ketika besaran tantangan lingkungan tinggi dan dorongan survival juga tinggi, adaptasi dan evolusi tidak saja membutuhkan perubahan dari segi fisik morfologi, tapi juga metabolisme, fisiologis, dan genetis. Yang mana kesemua itu harus saling sinkron dan kompatibel satu sama lain. Ini membuat kita ragu jika evolusi atau kemampuan evolusi tidak melibatkan kesadaran. Kesadaran tampaknya terlibat dalam proses evolusi, entah kesadaran itu sudah ada tertanam sebelumnya ataukah kesadaran itu tumbuh berkembang seiring waktu dan seiring kebutuhan untuk beradaptasi.

Terhubung dan Tersekat

Semakin jelas bahwa evolusi ini bukanlah evolusi yang arbiter, bukanlah pula evolusi yang random. Inilah evolusi by design. Banyak kejadian evolusi tidak terjadi dengan kesadaran internal dari entitas biologis tersebut, tapi seperti berasal dari kesadaran di luar dirinya. Respon suatu entitas biologis terhadap perubahan lingkungan terutama perubahan rantai makanan sering tidak melibatkan kesadaran internal, melainkan hanya sekedar respon mekanis dan insting saja.

Jikapun proses evolusi dan adaptasi itu berasal dari aspek internal entitas biologi, maka itu adalah aspek genetik, bukan aspek kesadaran. Gen-gen itu pun tidak terbentuk dengan kesadaran, serta tidak pula bekerja dengan kesadaran, karena tidak ada mekanisme penghubung antara sistem kesadaran dengan sistem genetik.

Sistem genetik mengembangkan "sistem kesadarannya" sendiri yang memiliki sejumlah "sekat" dalam hubungannya dengan "kesadaran individu" entitas biologis tersebut. Beberapa sub sistem biologi mengembangkan sistem otonom mekanis seperti otot polos pada jantung, sistem pencernaan, pertumbuhan sel dendrit otak. Serta bahkan memiliki "sistem kesadaran" sendiri seperti misalnya sel darah putih, mekanisme sistem reproduksi secara keseluruhan dari DNA sampai janin, serta sistem self recovery tubuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun