Merakit dari Partikel Elementer
Kita mungkin sudah berhasil mempreteli setiap unit entitas biologi sampai ke molekul hidrokarbon-nya, struktur DNA-nya, dan partikel elementer serta gaya fundamental yang menyusunnya, tapi tak ada seekor nyamuk atau lalat pun yang bisa kita hidupkan dari partikel elementer, rantai DNA, dan molekul hidrokarbon yang ada itu, dari mulai komponen paling dasar penyusunnya sampai kepada seekor nyamuk dan lalat yang utuh.
Ramai dikatakan bahwa fenomena biologi bisa dijelaskan oleh kimia, dan fenomena kimia bisa dijelaskan oleh fisika elementer karena ada keterhubungan perilaku dan informasi antara biologi, kimia, dan fisika elementer. Tapi bagaimanapun informasi genetik dibawa oleh set gen dalam rantai DNA, bukan berasal dari informasi kuantum yang dibawa oleh partikel elementer dan gaya fundamental. Setidaknya sampai detik ini kita tidak mendapati adanya hal yang spesifik dan unik pada informasi kuantum dalam setiap set gen yang ada. Kita tidak pernah melihat secara langsung sejumlah partikel elementer memintal diri sedemikian rupa sehingga informasi kuantumnya berubah, membawa, dan menghasilkan informasi genetika.
Jembatan Antara Kuantum dengan Genetika
Jika kita memandang mekanika kuantum sebagai kesatuan informasi yang sama seperti genom sebagai kesatuan informasi, maka antara sistem kuantum dengan sistem genom seharusnya terhubung secara langsung.
Informasi kuantum dalam qubit bisa didekode secara langsung menjadi informasi genom dalam gen. Sehingga kita bukan saja memintal "benang" kuantum menjadi "kain" genomik, serta berikut tersertakan di dalamnya informasi kuantum dan informasi genomiknya.
Tapi memang proses fusi tidak semudah proses fisi. Membangun kembali dan bahkan membangun dari awal tidak semudah mempreteli atau mendekonstruksi.
Random, Arbiter, dan By Design
Secara biologi, dan bahkan secara kimia dan kosmologi, manusia termasuk entitas yang paling terakhir muncul di Bumi, bahkan di Semesta. Seharusnya dengan demikian konsekuensi biologis, kimiawi, kuantum, dan kosmologi melekat pada manusia secara akumulatif.
Walaupun entitas penyusun manusia adalah juga berasal dan merupakan akumulasi dari entitas genetik, molekul essential, dan partikel elementer dari entitas-entitas yang ada sebelumnya, manusia tidak mengakumulasi semua keunggulan biologis yang dimiliki entitas-entitas biologis yang ada sebelumnya.
Bayangkan jika manusia memiliki tubuh sebesar dinosaurus Argentinosaurus, mampu mengangkat beban sepuluh kali bobot tubuh seperti semut, mampu berlari secepat cheetah dengan endurance selama kuda, mempunyai penglihatan setajam dan terbang tinggi seperti elang dengan kemampuan manuver seperti capung dan nyamuk, mampu berenang selincah lumba-lumba dan menyelam dalam dengan endurance selama paus, dan bereproduksi seperti kelinci, atau membelah diri seperti bakteri, atau melakukan regenerasi organ seperti cicak dan regenerasi gigi seperti buaya, tentu manusia akan menjadi entitas biologis paling superior secara fisik. Tapi alam tidak bekerja seperti itu, Ferguso. Keunggulan biologis dibagi secara proporsional kepada setiap entitas biologis, bahkan kepada setiap individunya.