Tapi itu cuma angan-angan saja. Para centeng tetap hidup mewah, menikmati harta rampasan masyarakat.
Kemewahannya tak lebih dari genangan darah para pemilik lahan yang diusir paksa dengan cara-cara biadab.
Sekarang banyak centeng baru berkuasa.
Cara-cara licik dan kotor dalam mendapatkan sesuatu, menjadi lumrah ketika terjadi pemilihan perwakilan centeng.
Maklum saja, barang siapa yang menjabat perwakilan centeng untuk kota ini, tentu bisa melakukan apa saja.
Termasuk menaklukkan pejabat sekalipun.
Itu makanya, tiap kali ada momen pemilihan centeng, pasti segala daya dan upaya dilakukan.
Mereka yang barangkali punya latar belakang biasa-biasa saja, pasti ciut nyali untuk menampilkan diri.
Sebab apapun ceritanya, dinasti tetaplah dinasti.
Sedemokrasi apapun zaman, dinasti yang sudah dibangun jauh-jauh hari tak akan runtuh.
Ia akan tetap kokoh bersama pengikutnya yang suka menjilati dubur dan kemaluan.