Mohon tunggu...
Array Anarcho
Array Anarcho Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Budak korporat yang lagi berjuang hidup dari remah-remah kemegahan dunia. Sekarang ini lagi dan terus belajar menulis. “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. – Imam Al-Ghazali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dinasti Keluarga Centeng

1 Mei 2024   19:28 Diperbarui: 1 Mei 2024   19:28 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak hanya itu, tampak pula dari kejauhan sejumlah anggota preman membawa bendera berlambang palu dan arit. 

Bendera berwarna merah cerah itu lantas dibakar di depan umum, hingga membuat macet arus lalu lintas.

"Kita bakar bendera ini. PKI harus mati," teriak para preman bersahut-sahutan.

Kala itu, Mad Dola yang tengah duduk di dalam truk karena mengantar barang mendadak mengumpat. 

Ia teringat dengan aksi bar-bar kelompok preman itu pada majikannya.

"Cuih,,,, gayanya cinta NKRI. Teriak ini, itu. Macam tidak berdosa saja," kata Mad Dola.

"Kenapa Mad? Kok sepertinya kesal sekali," tanya sopir truk penasaran.

"Binatang-binatang ini pernah memeras majikan kita. Tapi sekarang seolah cinta NKRI. Harusnya mereka yang dibubarkan dari negara ini. Dasar biadab,"

"Gayanya saja membawa bendera merah putih pakai teriak-teriak takbir. Saat memeras itu, mereka bahkan sama sekali tak mengingat Tuhan! Dasar bajingan. Setan," pekik Mad Dola.

Sopir yang duduk di samping Mad Dola cuma bisa geleng-geleng kepala. 

Setelah mengumpat berkali-kali, kekesalan Mad Dola pun mereda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun