Perempuan berkulit kuning langsat itu berjalan setengah berlari sembari memegang uang pecahan Rp 5.000 sebanyak empat lembar keluar menuju pintu depan.
"Hayyo, maaf loh. Cuma ini yang ada," kata si perempuan yang akrab disapa Lingling, sembari menyerahkan uang yang dipegangnya.
Merasa tersinggung karena cuma dikasih Rp 20.000, preman-preman tadi ngamuk. Mereka masuk ke dalam toko dan mengacak-acak barang yang sudah tersusun rapi.
Karena ketakutan, Lingling, Mad Dola dan pekerja lainnya cuma bisa menghela nafas.
Mereka terjebak dalam situasi yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Mau melapor ke polisi, mereka takut jika preman-preman yang merusuh ini bakal dibebaskan lagi setelah diamankan.
"Kalian kira kami apa! Kok cuma segini. Mana uang yang lain," pekik si preman bertubuh tegap yang di lehernya melingkar kalung emas.
Lantaran takut dianiaya, Lingling pun naik lagi ke lantai dua.
Di sana, ia membuka laci tempat penyimpanan uang. Diambilnya uang pecahan Rp 100.000, lalu turun menemui preman-preman tadi.
"Cuma ini yang ada. Toko kami lagi sepi," kata Lingling dengan nada lirih.
"Haa, gitulah maunya. Mesti kali rupanya kami bakar toko mu ini, baru kau kasih kami uang. Atau kau ku perkosa saja ya," timpal preman lainnya yang memegang rantai besi.