Mohon tunggu...
Array Anarcho
Array Anarcho Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Budak korporat yang lagi berjuang hidup dari remah-remah kemegahan dunia. Sekarang ini lagi dan terus belajar menulis. “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. – Imam Al-Ghazali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dinasti Keluarga Centeng

1 Mei 2024   19:28 Diperbarui: 1 Mei 2024   19:28 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi itu cuma angan-angan saja. Para centeng tetap hidup mewah, menikmati harta rampasan masyarakat. 

Kemewahannya tak lebih dari genangan darah para pemilik lahan yang diusir paksa dengan cara-cara biadab.

Sekarang banyak centeng baru berkuasa. 

Cara-cara licik dan kotor dalam mendapatkan sesuatu, menjadi lumrah ketika terjadi pemilihan perwakilan centeng. 

Maklum saja, barang siapa yang menjabat perwakilan centeng untuk kota ini, tentu bisa melakukan apa saja. 

Termasuk menaklukkan pejabat sekalipun. 

Itu makanya, tiap kali ada momen pemilihan centeng, pasti segala daya dan upaya dilakukan. 

Mereka yang barangkali punya latar belakang biasa-biasa saja, pasti ciut nyali untuk menampilkan diri.

Sebab apapun ceritanya, dinasti tetaplah dinasti. 

Sedemokrasi apapun zaman, dinasti yang sudah dibangun jauh-jauh hari tak akan runtuh. 

Ia akan tetap kokoh bersama pengikutnya yang suka menjilati dubur dan kemaluan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun