Mohon tunggu...
Array Anarcho
Array Anarcho Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Budak korporat yang lagi berjuang hidup dari remah-remah kemegahan dunia. Sekarang ini lagi dan terus belajar menulis. “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. – Imam Al-Ghazali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dinasti Keluarga Centeng

1 Mei 2024   19:28 Diperbarui: 1 Mei 2024   19:28 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lingling yang kala itu berdiri di tengah ruangan cuma bisa mematung. 

Tubuhnya gemetar, dan kedua bola matanya tampak berkaca-kaca. 

Terpancar rasa ketakutan yang begitu mendalam pada diri Lingling.

"Sudah Nyah, enggak apa-apa. Nonya masuk saja," kata Mad Dola menenangkan majikannya itu. 

Setelah puas menakut-nakuti dan memeras sejumlah pemilik toko, preman-preman tadi bubar. 

Mereka kemudian pergi ke warung, dimana ada menjual minuman keras. 

Di sana, mereka habiskan uang hasil kejahatan untuk mabuk-mabukan.

Setelah aksi bar-bar ini berlalu satu bulan lebih, kali ini kelompok preman yang mengaku cinta NKRI tersebut bergerombol memakai seragam konvoi keliling kota. 

Waktu itu, bertepatan tanggal 30 September. 

Di alun-alun kota, preman-preman yang memakai seragam ini meneriakkan "Ganyang PKI,".

"Hancurkan PKI. Organisasi biadab itu harus dihapuskan dari negeri ini. Mereka tidak layak hidup di dunia ini," teriak sejumlah orang, sembari mengibar-ngibarkan bendera merah putih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun