Mohon tunggu...
Array Anarcho
Array Anarcho Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Budak korporat yang lagi berjuang hidup dari remah-remah kemegahan dunia. Sekarang ini lagi dan terus belajar menulis. “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. – Imam Al-Ghazali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dinasti Keluarga Centeng

1 Mei 2024   19:28 Diperbarui: 1 Mei 2024   19:28 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan berkulit kuning langsat itu berjalan setengah berlari sembari memegang uang pecahan Rp 5.000 sebanyak empat lembar keluar menuju pintu depan.

"Hayyo, maaf loh. Cuma ini yang ada," kata si perempuan yang akrab disapa Lingling, sembari menyerahkan uang yang dipegangnya. 

Merasa tersinggung karena cuma dikasih Rp 20.000, preman-preman tadi ngamuk. Mereka masuk ke dalam toko dan mengacak-acak barang yang sudah tersusun rapi. 

Karena ketakutan, Lingling, Mad Dola dan pekerja lainnya cuma bisa menghela nafas. 

Mereka terjebak dalam situasi yang sebenarnya tidak perlu terjadi. 

Mau melapor ke polisi, mereka takut jika preman-preman yang merusuh ini bakal dibebaskan lagi setelah diamankan.

"Kalian kira kami apa! Kok cuma segini. Mana uang yang lain," pekik si preman bertubuh tegap yang di lehernya melingkar kalung emas. 

Lantaran takut dianiaya, Lingling pun naik lagi ke lantai dua.

Di sana, ia membuka laci tempat penyimpanan uang. Diambilnya uang pecahan Rp 100.000, lalu turun menemui preman-preman tadi.

"Cuma ini yang ada. Toko kami lagi sepi," kata Lingling dengan nada lirih.

"Haa, gitulah maunya. Mesti kali rupanya kami bakar toko mu ini, baru kau kasih kami uang. Atau kau ku perkosa saja ya," timpal preman lainnya yang memegang rantai besi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun