Kepala Ijan bergerak sendiri ke belakang . Alangkah terkejutnya , sosok gaib dengan air muka pucat , bola mata yang hanya terlihat putih nya saja dan rambut panjang kusut menatap garang pada mereka . Rasa takut sudah membuncah di dada  , akhirnya mereka berdua pingsan di tempat itu , sembari kuntilanak itu pergi membiarkan mereka tergeletak tak sadarkan diri .
Pak Harjo akan berangkat ke ladangnya . Diliriknya jam dinding yang terpampang di sana , 06 .30 . Ini lebih cepat dari biasanya . Usai dihabiskannya sarapan nasi putih dan telur dadar , lalu ia berpamitan pada istrinya .
" Bapak pergi ya , bu ! " kata pak Harjo .
" Ya , hati - hati di jalan , Pak . " balas sang istri .
Pak Harjo mengambil capingnya dan diletakkan di atas kepalanya sambil memanggul cangkul di pundak. Ia sudah siap bergulat denagn tanah kering di bawah sengatan panas matahari .
Sembari berjalan , ia menghabiskan waktunya , bersiul dan bersenandung kecil untuk mengisi kesunyian pagi di jalan itu . Dari kejauhan , ia mengamati sesuatu yang tergeletak di atas tanah , di sana .
" Apa itu ? " Pak Harjo menyipitkan matanya , terus berjalan mendekat . Mendekati sesuatu yang mengusik rasa penasarannya itu .
" Astaga ! ini kan ... " rasa penasarannya kini sudah terjawab . Kini , rona wajahnya berganti kepanikan .
" TOLONG ! TOLONG ! ADA ORANG PINGSAN ! TOLONG ! " suaranya kini berkumandang , mengundang warga yang bermukim di sana untuk mendatangi sumber suara itu . Tak terkecuali , yang kebetulan melintasi jalan itu .
Tak butuh waktu lama , Para warga sudah berbondong - bondong mengerubungi Pak Harjo .
" Inikan Ijan & Jono ?! Kenapa mereka bisa ada di sini ?! " tanya salah satu warga dalam kerumunan itu .