Edo yang mendengar jeritan Astrid , melesat cepat ke dalam kamar mandi dan menyaksikan puluhan tangan menggenggam erat kaki pacarnya . Dengan sigap , ia berlari dan memukul - mukul tangan - tangan itu namun tak bereaksi apa - apa malah tangan - tangan itu makin kuat menyeretnya .
Tangisan Astrid makin membahana ketika setengah badannya sudah masuk ke dalam kegelapan . Edo kalap , langsung menarik kedua tangan Astrid. Tarik - menarik terjadi di antara mereka . Tenaganya terkuras melawan kekuatan puluhan tangan begitu kuat , sampai - sampai ia ikut terseret .
Semua hanya terjadi sekejap . Di tengah kekalutan dan kepanikan mereka , dari belakang seorang lelaki paruh baya - Saman , penjaga sekolah sedang merapal doa dan mantra dari mulutnya . Gerombolan tangan itu sudah menghilang demikian dengan wanita berjubah itu . Di sana hanya ada bilik yang berisi closet jongkok , tidak ada wanita berjubah , tak ada lagi tangan - tangan menyeramkan . Hanya  mereka bertiga , diselimuti keheningan dan kelembaban setelah dicekam teror menakutkan .
" Ayo kita pergi . " ujarnya sambil mengulurkan tangan pada mereka .
Ketiga beranjak dari sana tanpa mengucapkan sepatah kata , wajah Astrid putih pucat , bibirnya mengatup rapat . Edo paham kalau sesuatu yang hampir mengancam nyawa telah menimpa pacarnya , tapi yang pasti mereka akan membicarakannya kepada pihak sekolah dan kepolisian tentang kejadian yang mereka alami di kamar mandi perempuan .
Sesuai dengan keputusan pihak sekolah , akhirnya kamar mandi perempuan disegel . Dua papan yang disusun bersilang menghiasi pintu kamar mandi disertai dengan tanda peringatan .
PINTU INI DISEGEL !
Pihak kepolisian menutup kasus ini rapat - rapat dan menyimpulkan bahwa penyebab kematian kedua korban adalah murni kecelakaan .
Aku hanya bisa memperingatkan padamu , berhati - hatilah ! Bisa saja dia berada di belakangmu dan menawarkan jubah kematiannya padamu .
" Kau suka jubah warna apa ? Merah atau biru ? "
- fin