Mohon tunggu...
Arissa Purilawanti
Arissa Purilawanti Mohon Tunggu... Freelancer - a girl

interest in films, psychology, health, economy, business.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mawar: Tragedi Perjodohan

29 Agustus 2019   12:27 Diperbarui: 29 Agustus 2019   12:44 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu adalah pertama kalinya Mawar menyatakan perasaannya kepada aku dan Sheila. Semenjak itu, Mawar jadi lebih terbuka. Ia jadi sering membicarakan Rendi, bahkan menyebutnya dengan sebutan "Babang" sebagai kata ganti. Aku senang melihatnya begini. Tidak gengsi dengan perasaannya sendiri.

Melihat Mawar yang sudah sangat siap dan tidak takut, dan aku juga sempat tahu dengan kenyataan Rendi sudah siap untuk maju. Berfikir sendiri. Kenapa mereka berdua tidak jadi saja? Bagiku, mereka juga cocok dengan satu sama lain. Tapi fikiran itu aku simpan sendiri dulu.

Aku dan Mawar cukup sering menghabiskan malam i'tikaf bersama. 10 malam terakhir pada Ramadhan kali ini, kita benar-benar jadi makin dekat. Secara batin dan spiritual. Sayangnya Sheila sudah mulai mudik pada malam ke-2 i'tikaf. Tapi meskipun begitu, kedekatan kita bertiga tidak pernah luntur.

Di lain pihak, aku juga bermain dengan Lala dan Citra. Mereka juga sama-sama anggota Swift, tapi mereka berada di circle yang berbeda. Aku juga dekat dengan mereka karena pernah 'tidak sengaja' mabit bareng, pada malam ke 6 Ramadhan.

Seperti halnya ukhti-ukhti, Lala dan Citra juga memiliki hasrat untuk "menikah muda". Citra, adalah tipe akhwat yang baru hijrah, dan lagi berada di fase excited-excitednya. Sayangnya karena excitednya itu, ia jadi belum terlalu memikirkan matang-matang. Sehingga, ia sempat jatuh terlalu cepat pada orang yang salah.

Lala, di lain hal, sudah lebih dewasa dari kita berdua walaupun umur kita tidak berbeda jauh. Tapi taqwa-nya luar biasa. Mungkin masa lalunya yang mengasahnya. Ia juga tidak mudah untuk mengikhtiarkan ibadah yang satu ini. Sudah beberapa kali mencoba, dan belum ada yang berhasil. Bahkan yang paling parah, sudah sampai dalam tahap nadhor, tapi ikhwannya malah mundur. Dan Lala ini, akhwat yang bercadar.

Tapi kegagalan Lala tidak memukulkan semangat dia untuk bisa mengejar cita-citanya menjadi istri, apalagi ibu, Lala ingiiiin sekali menjadi ibu. (Sepertinya lebih dari ia ingin menjadi istri.) Dan aku juga merasa ia sudah cocok berada di posisi itu. Lala adalah sahabat yang tepat untuk bisa diajak ngomong perihal ini. Aku juga sempat sangat ingin cepat-cepat menikah, tapi niatku belum setulus Lala. Aku selalu mengagumi kesiapan dia untuk menikah dengan siapapun orangnya nanti, beda denganku, yang masih melihat orangnya dulu.

Pada saat ini, aku punya dua orang teman yang benar-benar sudah siap menikah.

Mawar dan Lala.

Kebetulan Mawar menyukai Rendi, aku bisa menjadikan ini ajang perjodohan! Tapi sekalian saja aku cantumkan nama Lala juga. Aku rasa tidak ada yang salah, toh Lala bisa mendapatkan siapapun ikhwan lain selain Rendi, dan ia tidak masalah akan hal itu.

Besok, aku akan melakukan misi rahasia ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun