Ngesti terdiam beberapa lama. Sementara mata Naim tajam menatapnya seperti menunggu jawaban. Lagi-lagi dia tidak mampu balas menatap mata pemuda itu dan menunduk. Tapi sebuah gerakan mengangguk yang kecil dan tidak terlalu jelas dari Ngesti karena sang pemilik anggukan itu memang benar-benar malu sudah cukup buat Naim.
Tiba-tiba dia meloncat dan berteriak dengan tangan terkepal:
"Yes!"
Anak-anak yang sedang membaca hampir semuanya menoleh dan memandangi mereka dengan pandangan ingin tahu, tapi Naim tidak peduli. Ditariknya tangan Ngesti dan bibirnya mendekat pada kuping gadis itu membisikkan sesuatu. Ngesti mengangguk-angguk sambil tersenyum.
"Ya," katanya, "Ngesti ndak keberatan kita jalan-jalan naik becak."
Ah, hari yang benar-benar indah buat Naim.
Cigugur, 1 Juli 2011
Note: Terinspirasi seorang kompasianer, penulis puisi yang handal, seorang yang penuh kepedulian dengan mendirikan Taman Baca "Mahanani"...sahabat saya, Naim Ali.
Gambar dari sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H