"Badhalah..dasar tamu lancang kamu!"
*****
Naim memarkirkan becaknya di ujung gang. Sudah dua minggu ini, setiap senin, rabu dan kamis dia mangkal di sana. Kebetulan tempatnya tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga dia belum merasa apa yang dilakukannya itu melelahkannya. Mungkin minggu depan dia akan menjelajah daerah yang lebih jauh lagi.
Becak pak Sumaryoto telah dimodifikasinya sedemikian rupa sehingga mampu memuat banyak sekali buku-buku bacaan menyerupai lemari berjalan dengan rak-rak yang bersekat-sekat. Dibagian dasbor belakang, sebuah bendera bertuliskan "Taman Baca Mahanani" berkibar gagah ditiup angin.
Seorang anak berlari-lari kecil mendekat, melihat-lihat sebentar tetapi kemudian nampak kecewa. Tingkahnya itu tak luput dari perhatian Naim.
"Kenapa, Le?"
"Buku-bukunya belum diganti?"
"Sementara memang belum. Kenapa?"
"Saya sudah habis semuanya, Mas."
"Badhalah..tenane?"
"Tenan, Mas."