Dengan susah payah Riris mengumpulkan keteguhan yang masih tersisa. Ia berusaha bertahan, melawan pengaruh kekuatan laki-laki itu.
"Kau butuh bantuan kami?"
Serentak suara itu mengagetkan Riris. Suara yang sama saat ia mengenakan topeng reog di kuil. Tanpa pikir panjang Riris merintih,
"Kumohon, tolong aku."
Tubuh Riris berhenti bergetar. Ia mengangkat kepalanya, seketika melayangkan cakar pada wajah si pria. Terkejut, laki-laki itu mundur beberapa langkah.
Perlahan tubuh Riris berubah. Rambutnya menghijau, lalu terbelah membentuk ribuan cabang yang terpola menyerupai bulu merak. Taring panjang muncul dari sela-sela giginya.Â
Sesaat kemudian, Riris menjelma menjadi mahluk setengah singa, setengah merak, Singolana. Ia mengaum keras sembari mengepakan sayap meraknya, mengirimkan angin kencang kedalam ruangan restoran.
"Warok!" Seru si pria.
Seketika puluhan siluman menyerang Singolana. Cakar mereka beradu di udara menghadirkan kebuasan yang indah. Darah hijau para Warok membias pada lentera merah ketika hantaman cakar Singolana menembus kulit mereka.
Satu demi satu siluman berkaki empat berjatuhan. Singolana terus menerus menarikan tarian buas demi menghancurkan musuhnya. Tenggelam dalam insting, ia tidak menyadari bahwa sebuah belatih telah tertanam di dadanya.
Mahluk itu menoleh kebawah, mata hitam nan gelap tersenyum. Si pria menusukkan belatih itu lebih dalam membuat Singolana merintih kesakitan.