Mohon tunggu...
MUHAMMAD ARIEF ALBANI
MUHAMMAD ARIEF ALBANI Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Koperasi Nusantara Banyumas Satria (NUMas)

Pegiat Koperasi Nusantara Banyumas Satria (NUMas).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami Nahdlatul Ulama

23 Juli 2021   09:51 Diperbarui: 24 Juli 2021   00:03 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU)

Tak kurang-kurang nama tokoh Ulama serta pemuda NU yang menjadi garda terdepan dalam perundingan, dalam membakar semangat pejuang serta dalam pertempuran "face to face". Jika nama-nama tokoh pejuang didata dan diminta untuk dikelompokkan menurut latar belakang organisasinya, maka Anggota NU lah yang akan paling banyak mewarnai daftar tersebut.

Sebut saja penyusunan Teks Proklamasi, Penyusunan Dasar Negara (pancasila),  peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang menggemparkan Dunia, pemberantasan DI/TII serta PKI dan banyak lagi peristiwa penting di Negara ini yang digerakkan oleh Nahdlatul Ulama melalui para Ulama dan Jamaahnya.

Namun jauh sebelum itu, "embrio" Nahdlatul Ulama telah menancapkan kiprahnya untuk kemaslahatan Tanah Air ini. Era "Kebangkitan Nasional" tahun 1908 adalah awal munculnya "embrio" organisasi ini melalui kiprah panjang perjuangan tak kenal lelah para pendirinya beserta elemen Bangsa lainnya.

Respon positif Ulama NU melihat pergerakan nasional yang begitu masif, terlihat dari didirikannya Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada Tahun 1916 di Surabaya yang dimotori oleh KH. Wahab Chasbullah. Kemudian disusul dua tahun setelahnya yakni pada tahun 1918 beliau kembali mendirikan perkumpulan bagi para intelektual pesantren dengan mendirikan Taswirul Afkar yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran). Kedua wadah tersebut merupakan respon positif pencanangan "Kebangkitan Nasional" yang kemudian menjadi awal yang kuat bagi terbentuknya Nahdlatul Ulama dengan tidak meninggalkan semangat awal pergerakan untuk Indonesia.

Tidak hanya pergerakan di bidang pemikiran/pendidikan serta semangat kebangsaan yang dibangun oleh para penggagas Nahdlatul Ulama. Di kalangan saudagar, terbentuk juga sebuah wadah ekonomi kerakyatan untuk menopang perekonomian. Wadah perekonomian tersebut dinamakan Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan/Pergerakan Kaum Saudagar) yang nyatanya sangat "bangkit" dan dapat menggerakkan perjuangan Bangsa ini.

Inilah "Luar Biasa" nya NU selanjutnya, yang semenjak awal memang telah dipersiapkan segala infrastrukturnya. Tak ada organisasi yang digerakkan tanpa ilmu, dan itu hanya bisa diperoleh jika di dalamnya ada orang-orang berilmu. Orang-orang berilmu pun tak cukup bisa menjalankan sebuah organisasi jika jiwa-jiwa mereka tidak meiliki "ghirah" (semangat) yang tinggi untuk memperbaiki situasi kekinian yang sedang berlangsung. Semangat dan Ilmu pun belum cukup dapat menggerakkan organisasi jika tak terdukung modal dan gerakan ekonomi berkesinambungan bagi organisasi, pengurus dan jamaah/anggota yang ada di dalamnya.

NU ADA DI MANA-MANA

Tidak ada yang terlewatkan dari jangkauan Nahdlatul Ulama dalam kiprahnya di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Dalam hal berjuang dan berkhidmah pada Negara ini, maka haruslah paham tentang kebutuhan masyarakat yang ada di dalamnya. Untuk dapat memahami dan melayani masyarakat dalam Negara ini, maka di setiap "gang" dan "jalan tikus" di Negara ini, haruslah ada yang menjaganya.

NU menunjukkan fungsi penjagaan wilayah Negara ini dengan baik. Terbukti dengan bentuk struktur organisasinya yang dimulai dari tingkat terbawah di masyarakat hingga teratas.

Struktur NU dimulai dari tingkat terkecil di setiap Desa/Kelurahan, yakni kumpulan RT/RW bahkan setingkat Jamaah Musholla/Masjid. Struktur ini terwakili oleh Pengurus Anak Ranting (PAR). Hal ini memungkinkan setiap urusan-urusan masyarakat di dalam sebuah Desa/Kelurahan yang berpencar-pencar karena luasnya Desa/Kelurahan dapat tetap berkumpul dan saling mengurusi satu dan lainnya.

Pengurus Anak Ranting (PAR) yang terbentuk di setiap RT/RW dan atau Masjid/Musholla, kemudian terwakili lagi di tingkat yang lebih besar yakni Desa/Kelurahan dengan terbentuknya Pengurus Ranting NU (PR NU).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun