Kami merasa menemukan lagi cinta kami. Kerinduan yang tersimpan di bawah permukaan selama hampir tiga puluh tahun, yang mengendap seperti fosil batu bara, saat itu serasa meluap dan membakar jiwa.Rasa nya kami tak ingin menutup telpon tiap kali  bertukar suara.
Dada kami di penuhi rasa yang menggelora dan siap menghanguskan apa saja. Kami lupa usia, kami lupa keluarga, kami lupa segala nya. Cinta dan kerinduan yang menemukan alur nya itu, seperti lahar dingin yang berubah menjadi magma, menggelegak, mendidih,  dan  rasa nya sulit untuk di lukiskan dengan kata - kata.-"
Hati kami berbunga-bunga. Dada kami seperti merekah.
 Ada kebahagiaan luar biasa. Meski hanya mendengar suara, tapi aku merasa seperti berhadapan muka.Â
Dengan jelas aku dapat melihat senyum nya, tawa kecil nya, mata nya, dan tahi lalat mungil yang menjadi hiasan diatas bibir nya. Bahkan kedua lesung pipit yang timbul  jika Ia  tertawa renyah.Â
Cinta dan kerinduan yang tersimpan puluhan tahun lama nya di dasar jiwa, tumpah dan membanjiri relung jiwa kami berdua. Mengalir membasahi sudut -sudut  hati dan perasaan yang paling dalam.Â
Menyirami kegersangan, kerinduan, kehilangan dan  menetes mengisi sudut kosong di celah-celah kekeringan jiwa.Â
Kami merasa kembali seperti remaja yang tengah di buai indah nya cinta pertama.Â
Cinta yang dulu tak sempat kami nikmati dan jalani bersama.Â
Dan ketika waktu itu di tahun dua ribu sebelas,Â